

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap penantian investor perihal data dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka stagnan 0% di angka Rp15.570/US$. Namun beberapa menit berselang, rupiah melemah ke angka Rp15.580/US$ atau sebesar 0,06%.
Sementara DXY pada pukul 09:07 WIB turun ke angka 102,8 atau naik 0,01%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (13/3/2024) yang berada di angka 102,79.
Hari ini, pelaku pasar masih menunggu data penting yang datang dari dalam negeri dan luar negeri.
Pertama, akan ada rilis data klaim pengangguran mingguan yang akan semakin melengkapi kondisi pasar tenaga kerja di AS secara keseluruhan. Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS diproyeksi naik jadi 218 ribu untuk pekan yang berakhir pada 9 Maret 2024, dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217 ribu.
Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik. Karena dipandang menjadi 'pelicin' bank sentral AS (The Fed) untuk menurunkan suku bunga segera.
Pada pekan lalu, Jerome Powell dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.
"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini," kata Powell dalam pidatonya yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.
"Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin," tegasnya.
Berikutnya, pada nanti malam juga akan rilis data mengenai inflasi produsen di AS yang diproyeksi meningkat. Ini mengikuti rilis inflasi konsumen atau CPI pada kemarin lusa
Melansir data Trading Economic, price producer index (PPI) diproyeksikan tumbuh lebih tinggi pada Februari 2024 sebesar 1,1% secara tahunan (yoy) dibandingkan pada Januari sebesar 0,9% yoy. Kendati begitu, untuk indeks harga produsen inti atau core PPI pada Februari 2024 diperkirakan tetap bisa melandai dengan pertumbuhan 1,9% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 2% yoy.
Kemudian ada rilis data juga terkait penjualan ritel di AS untuk periode yang sama. Konsensus Trading Economic memproyeksikan penjualan ritel di negeri Paman Sam ini bisa merangkak naik 1% yoy.
Sebagai informasi, pada bulan sebelumnya penjualan ritel AS jatuh ke 0,6% yoy. Ini menjadikannya sebagai pertumbuhan terendah sejak Mei 2020 lalu.
Dicetak ulang dari cnbcindonesia.com, hak cipta isi berita dimiliki oleh pemilik asli
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()