• GBP/USD terdepresiasi karena kebijakan fiskal potensial Trump dapat menunda pemangkasan suku bunga Fed lebih lanjut.
• Rilis data Indeks Harga Konsumen AS akan diperhatikan di sesi Amerika Utara.
• Poundsterling Inggris melemah karena angka ketenagakerjaan Inggris yang beragam menunjukkan pasar tenaga kerja yang melemah selama tiga bulan yang berakhir pada bulan September.

GBP/USD melanjutkan penurunannya untuk sesi keempat berturut-turut, diperdagangkan di sekitar 1,2740 selama jam Asia pada hari Rabu. Penurunan pasangan ini disebabkan oleh Dolar AS (USD) yang lebih kuat di tengah optimisme seputar perdagangan Trump.

Dolar AS menguat karena analis menunjukkan bahwa jika kebijakan fiskal Trump diterapkan, kebijakan tersebut dapat meningkatkan investasi, pengeluaran, dan permintaan tenaga kerja, yang berpotensi meningkatkan risiko inflasi. Skenario ini dapat mendorong Federal Reserve (Fed) untuk mengambil sikap kebijakan moneter yang lebih ketat.

Para pedagang kini fokus pada rilis data inflasi AS yang akan datang pada hari Rabu untuk mendapatkan arahan lebih lanjut mengenai kebijakan AS di masa mendatang. Indeks Harga Konsumen (IHK) utama diperkirakan akan menunjukkan peningkatan 2,6% tahun-ke-tahun untuk bulan Oktober, dengan IHK inti diantisipasi naik sebesar 3,3%.

Poundsterling (GBP) melemah menyusul data pasar tenaga kerja Inggris yang beragam. Pada hari Selasa, angka ketenagakerjaan menunjukkan pasar tenaga kerja yang melemah selama tiga bulan yang berakhir pada bulan September. Tingkat Pengangguran ILO meningkat menjadi 4,3% dari 4,0% pada periode sebelumnya, melampaui perkiraan 4,1%. Selama periode yang sama, Employment Change menunjukkan bahwa pengusaha Inggris menambah 219 ribu pekerjaan baru, jauh lebih rendah dari rilis sebelumnya sebesar 373 ribu.