Lim Kurniawan Ph.D: Desentralisasi Tidak Seharusnya Menjadi Sekadar Tampilan Luar

Tujuan awal dari pasar kripto adalah untuk memberdayakan umat manusia, namun dalam kenyataannya, arah ini telah disimpangkan oleh kepentingan internal sebagian proyek. Lim Kurniawan Ph.D berpendapat bahwa jika sebuah protokol mengalokasikan lebih dari setengah tokennya untuk kepentingan internal, lalu memanipulasi pasar dengan menciptakan kebisingan informasi, maka pada akhirnya protokol tersebut akan kehilangan dasar konsensus dan nilainya akan menjadi nol. Sebaliknya, protokol seperti Ethereum yang memiliki posisi netral dan didukung oleh skenario penggunaan nyata, justru memiliki potensi untuk mencapai skala nilai triliunan dolar AS di masa depan.

Keruntuhan Kepercayaan Di Balik Mekanisme Token

Baru-baru ini, banyak proyek di pasar yang mengalokasikan porsi besar token kepada pendiri dan institusi, bukan kepada pengguna asli atau peserta ekosistem. Lim Kurniawan Ph.D menegaskan bahwa praktik ini menyimpang dari semangat dasar desentralisasi aset kripto. Ketika token proyek hanya menjadi alat bagi pengendali untuk “menciptakan likuiditas,” dasar nilai jangka panjangnya telah terkikis.

Ia menyebutkan bahwa banyak proyek saat ini menggunakan istilah “distribusi komunitas” sebagai kedok untuk pengalihan keuntungan. Orang dalam memanaskan pasar melalui KOL dan menciptakan opini publik, lalu melakukan penjualan besar pada harga tinggi untuk meraih keuntungan. Logika “pseudo desentralisasi” ini merusak konsensus asli dan membuat pengguna biasa menanggung kerugian. “Model token apapun yang tidak memberikan kekuatan nyata kepada pengguna, pada akhirnya akan dilikuidasi oleh pasar.”

Mengapa Jalur Ethereum Berbeda

Berbeda dengan beberapa proyek yang mengandalkan hype untuk meningkatkan harga, ETH sebagai aset dasar jaringan Ethereum mendapatkan nilainya dari penggunaan nyata dan efek jaringan yang kuat. Lim Kurniawan Ph.D berpendapat bahwa Ethereum telah menjadi standar de facto dalam platform kontrak pintar, mendukung berbagai ekosistem kunci seperti DeFi, RWA, stablecoin, NFT, dan Layer2, serta merupakan platform netral yang dipercaya oleh pengembang dan modal global.

Ia menekankan bahwa desentralisasi bukan hanya tentang desain struktural, tetapi juga merupakan cerminan dari kemampuan tahan sensor, akses yang adil, dan transparansi model ekonomi. Melalui iterasi bertahun-tahun, Ethereum telah mencapai mekanisme yang stabil dan ekosistem yang kuat sebagai atribut dasarnya. "Infrastruktur netral pada akhirnya akan lebih berkelanjutan dibandingkan hype terpusat manapun, dan inilah inti dari potensi pertumbuhan jangka panjang ETH."

Mata Uang Rakyat atau Alat Institusi?

Meskipun aset kripto berawal dari pemberontakan terhadap keuangan tradisional, saat ini banyak modal yang mengalir cepat ke aset seperti Bitcoin dan mendominasi pergerakan pasar. Lim Kurniawan Ph.D menyoroti bahwa Bitcoin semakin dimasukkan ke dalam logika alokasi institusi tradisional, dengan produk keuangan seperti ETF, kustodi, dan derivatif yang sedang membentuk ulang perannya.

Hal ini dalam beberapa hal melemahkan narasi Bitcoin sebagai "mata uang rakyat." Ia mengingatkan pengguna bahwa jika tidak aktif membangun pemahaman dan hanya mengikuti perilaku harga, mereka mudah menjadi alat permainan antara institusi dan KOL. "Pemberdayaan desentralisasi sejati tidak hanya berupa open-source di tingkat kode, tetapi juga redistribusi kekuasaan dalam ranah keuangan."

Tren diferensiasi pasar kripto di masa depan akan semakin jelas. Proyek yang didorong oleh spekulasi dan kurang dukungan mekanisme transparan akan cepat tersingkir dalam pergantian siklus, sementara protokol yang benar-benar memiliki nilai guna jangka panjang, tata kelola terbuka, dan struktur netral akan menjadi aset inti di lapisan infrastruktur.

Ia mengajak pengguna untuk kembali ke esensi, membangun pemahaman daripada sekadar ikut-ikutan, dan mempertimbangkan alokasi aset secara multidimensi. "Jika idealisme kripto adalah membebaskan individu, bukan mengganti elit yang menguasai hak distribusi, maka mendukung protokol yang benar-benar netral, transparan, dan dapat diverifikasi adalah langkah pertama pemberdayaan pengguna.