Harga Emas Melemah, Pasar Fokus Penuh pada Pidato Powell di Jackson Hole
Harga emas hari ini bergerak melemah pada perdagangan Selasa, tertekan oleh penguatan Dolar AS yang moderat. Pergerakan yang cenderung terbatas ini menunjukkan para trader mengambil sikap menunggu dan sangat waspada (wait-and-see), dengan fokus pasar kini sepenuhnya tertuju pada acara utama pekan ini, yaitu simposium tahunan The Fed di Jackson Hole.
Meskipun ekspektasi pasar masih sangat kuat akan adanya pemangkasan suku bunga pada September, para trader menantikan pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mendapatkan konfirmasi. Pernyataan Powell mengenai prospek ekonomi dan kebijakan moneter ke depan akan menjadi pemicu utama yang menentukan arah pergerakan harga emas selanjutnya.
Harga Minyak Tertekan Harapan Kesepakatan Damai Ukraina dan Potensi Pelonggaran Sanksi
Harga minyak dunia hari ini mengalami penurunan pada perdagangan Selasa, terbebani oleh meningkatnya harapan akan adanya kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Sentimen ini memicu spekulasi pelonggaran sanksi terhadap Rusia, yang berpotensi meningkatkan kembali pasokan minyak global. Pernyataan Donald Trump mengenai pembicaraannya dengan Vladimir Putin dan kemungkinan pertemuan dengan Volodymyr Zelenskiy semakin memperkuat harapan tersebut.
Selain itu, pasar juga mencermati indikasi perubahan sikap AS terkait sanksi sekunder, yang dinilai dapat mengurangi risiko gangguan pasokan minyak dari Rusia. Aktivitas pembelian minyak Rusia oleh kilang-kilang China juga menjadi faktor yang diperhatikan. Meskipun detail jaminan keamanan AS untuk Ukraina belum jelas pasca pembicaraan Zelenskiy dengan Trump, prospek perdamaian secara umum memberikan tekanan pada harga komoditas energi ini.
Nasdaq dan S&P 500 Anjlok, Investor Cemas Jelang Pidato di Jackson Hole
Indeks teknologi Nasdaq dan S&P 500 ditutup melemah signifikan pada perdagangan Selasa, dipimpin oleh aksi jual pada saham-saham teknologi raksasa seperti Nvidia. Pelemahan ini didorong oleh meningkatnya kecemasan para investor menjelang simposium tahunan The Fed di Jackson Hole. Pasar khawatir Ketua Jerome Powell akan memberikan sinyal yang lebih hawkish atau ketat dari yang diperkirakan.
Sementara itu, Indeks Dow Jones berhasil ditutup hampir tidak berubah, ditopang oleh kenaikan di sektor lain seperti ritel dan perumahan. Pergerakan yang beragam ini menunjukkan adanya rotasi pasar, di mana para investor mulai merealisasikan keuntungan di sektor teknologi yang telah reli kuat sepanjang tahun, dan beralih ke sektor lain yang dinilai lebih defensif di tengah ketidakpastian kebijakan The Fed.
Bursa Saham Asia Melemah, Terseret Aksi Jual Sektor Teknologi di Wall Street
Pasar saham di kawasan Asia mayoritas bergerak melemah pada perdagangan Rabu, mengikuti sentimen negatif dari Wall Street. Pelemahan ini dipimpin oleh aksi jual pada saham-saham teknologi, yang menekan Indeks MSCI untuk Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,47%. Indeks Nikkei Jepang anjlok lebih dari 1,2%, sementara Indeks CSI300 di China juga tercatat melemah.
Tekanan jual di sektor teknologi ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi meningkatnya intervensi pemerintah AS pada perusahaan-perusahaan chip. Para trader kini mengambil sikap yang lebih defensif dan mengalihkan fokus sepenuhnya ke acara utama pekan ini, yaitu simposium bank sentral di Jackson Hole, untuk mendapatkan petunjuk arah kebijakan moneter The Fed.
Trump Kembali Serang Powell Soal Suku Bunga & Perumahan
Presiden Donald Trump pada hari Selasa kembali melancarkan serangan verbal terhadap Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menuduhnya “sangat merugikan” industri perumahan AS. Dalam unggahan di media sosial, Trump sekali lagi mendesak Powell untuk segera memangkas suku bunga secara besar-besaran, dengan mengklaim bahwa tidak ada inflasi.
Serangan terbaru ini dilancarkan hanya beberapa hari sebelum Powell dijadwalkan memberikan pidato penting di simposium Jackson Hole. Eskalasi tekanan ini menyoroti konflik yang terus berlanjut antara Gedung Putih yang menginginkan kebijakan moneter longgar untuk mendorong ekonomi, dengan The Fed yang masih berhati-hati di tengah data inflasi yang beragam.
Reli Nikkei Diprediksi Mereda, Analis Perkirakan Indeks Turun ke 42.000
Indeks Nikkei 225 Jepang, yang baru-Cetak rekor tertinggi baru di atas level 43.000, diperkirakan akan mengalami pelemahan menjelang akhir tahun. Menurut survei terbaru dari Reuters, para analis memprediksi bahwa indeks acuan Jepang ini akan terkoreksi dan kembali ke level 42.000 pada akhir Desember mendatang.
Meskipun prospek laba perusahaan Jepang diperkirakan tetap kuat, prediksi pelemahan ini didasarkan pada ketidakpastian yang membayangi. Para analis menyoroti kerapuhan kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat dan potensi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ) sebagai faktor risiko utama yang dapat menekan laju Indeks Nikkei setelah reli kuat yang terjadi baru-baru ini.
Poundsterling Tertekan, Data Upah Inggris Picu Ekspektasi Pemangkasan Bunga
Mata uang Poundsterling Inggris (GBP) berada di bawah tekanan pada perdagangan Rabu. Pelemahan ini menyusul rilis data terbaru yang menunjukkan kesepakatan gaji di sektor swasta Inggris bertahan di level rendah 3% selama delapan bulan berturut-turut. Data ini mencerminkan kehati-hatian perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi dan potensi kenaikan pajak.
Data pertumbuhan upah yang lemah ini secara langsung meredakan kekhawatiran Bank of England (BoE) terhadap tekanan inflasi domestik. Hal ini memberikan ruang lebih besar bagi BoE untuk kembali memangkas suku bunga guna menopang ekonomi. Prospek kebijakan moneter yang lebih longgar atau dovish ini menjadi sentimen negatif yang kuat dan berpotensi menjaga Poundsterling tetap di bawah tekanan.
Tải thất bại ()