Seiring dengan meningkatnya ancaman perubahan iklim, green energy menjadi salah satu solusi utama untuk mengatasi masalah lingkungan. Sebagai sumber energi yang tidak merusak ekosistem, green energy menawarkan jalan keluar dari krisis lingkungan. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa beralih ke green energy bukan lagi pilihan, melainkan suatu keharusan. Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29–41% pada tahun 2030 menjadi bukti nyata pentingnya transisi ini.
Apa Itu Green Energy dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Green energy atau energi hijau adalah energi yang berasal dari sumber alami dan dianggap ramah lingkungan. Green energy merupakan energi yang tidak merusak ekosistem, tidak mencemari tanah atau air, serta tidak meninggalkan limbah berbahaya. Energi ini efisien karena berasal dari sumber yang ramah lingkungan dan tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
Cara kerja energi hijau bergantung pada sumbernya. Misalnya, pada energi panas bumi (geothermal), yang diambil adalah panas dari perut bumi yang dijadikan uap, hingga uap tersebut naik dan kemudian menghasilkan listrik. Uap air ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam tanah, membentuk siklus tertutup. Sementara itu, panel surya mengubah sinar matahari menjadi energi listrik, dan turbin angin mengkonversi energi kinetik angin menjadi listrik.
Perbedaan Green Energy, Clean Energy, dan Renewable Energy
- Green Energy
Green energy atau energi hijau adalah jenis energi yang berfokus pada dampak ekologis. Energi ini tidak hanya terbarukan, tetapi juga ramah lingkungan karena produksinya tidak merusak ekosistem. Contoh utama dari energi hijau adalah energi surya dan energi angin, yang memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan tanpa menimbulkan polusi atau emisi berbahaya.
- Clean Energy
Clean energy atau energi bersih adalah jenis energi yang berfokus pada emisi. Energi ini menghasilkan sangat sedikit atau bahkan tidak menghasilkan polutan dan gas rumah kaca selama penggunaannya. Salah satu contohnya adalah energi nuklir, yang memiliki emisi sangat rendah saat beroperasi, namun memerlukan penanganan khusus karena limbah radioaktif yang berbahaya.
- Renewable Energy
Renewable energy atau energi terbarukan berfokus pada ketersediaan sumber dayanya. Energi ini berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui secara alami dan tidak akan habis jika digunakan. Contoh utamanya adalah sinar matahari dan angin, yang merupakan sumber daya tak terbatas. Pemanfaatan energi terbarukan membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang ketersediaannya terbatas.
Manfaat Green Energy
Peralihan energi tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga memberikan banyak manfaat praktis bagi masyarakat dan ekonomi. Berbagai aspek positif ini menjadikan energi hijau sebagai pilihan yang semakin menarik untuk masa depan.
- Mengurangi Emisi Karbon dan Polusi Udara
Salah satu manfaat utama energi hijau adalah kemampuannya mengurangi emisi gas rumah kaca. Proses pembangkitan listrik hijau tidak menghasilkan gas rumah kaca, sehingga membantu mengurangi dampak negatif terhadap perubahan iklim dan kualitas udara.
- Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat
Pembakaran bahan bakar fosil merusak kualitas udara dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dengan beralih ke green energy, kita dapat mengurangi polusi udara, menurunkan angka penyakit pernapasan, dan secara keseluruhan meningkatkan kesehatan serta harapan hidup masyarakat, sebagaimana dibuktikan oleh penelitian di kawasan ASEAN-5.
- Menstabilkan Harga Energi dan Memperkuat Ekonomi Lokal
Biaya produksi energi hijau umumnya stabil dan dapat diperkirakan lebih baik dalam jangka panjang. Meskipun investasi awal dalam teknologi energi terbarukan cukup besar, biaya operasionalnya lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik konvensional. Ini memberikan kepastian bagi konsumen dan industri dalam perencanaan anggaran energi.
- Mendorong Inovasi dan Penciptaan Lapangan Kerja
Industri energi hijau menciptakan peluang kerja baru di berbagai bidang, mulai dari pengembangan teknologi hingga pemeliharaan infrastruktur. Dampak positif green economy diperkirakan akan meningkatkan jumlah lapangan kerja menjadi 19,4 juta di berbagai sektor. Pendapatan pekerja secara total dapat bertambah hingga Rp 902,2 triliun berkat transformasi ini. Pemerintah Indonesia menargetkan terciptanya 1,7 juta lapangan kerja baru dalam sepuluh tahun ke depan, dengan lebih dari 760 ribu di antaranya merupakan green jobs. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, sektor pembangkitan diproyeksikan menyerap 836 ribu tenaga kerja, dengan lebih dari 91% di antaranya merupakan lapangan kerja hijau.
Potensi Green Energy di Indonesia
Beragam jenis energi hijau telah diimplementasikan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Berikut adalah lima contoh utama energi hijau yang saat ini digunakan secara luas.
- Energi Surya
Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar, mencapai 207,8 Giga Watt (GW). Angka ini didukung oleh data dari Kementerian ESDM dan berbagai laporan lembaga energi tahun 2024. Saat ini, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas terpasang energi surya, khususnya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap, hingga 2.145 MW pada tahun 2030. Saat ini, Indonesia telah membangun beberapa PLTS, termasuk PLTS Terapung Cirata di Jawa Barat. Dengan kapasitas 192 MWp, PLTS ini merupakan terapung terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, ada juga PLTS lain yang telah beroperasi, seperti PLTS Likupang yang terletak di Sulawesi Utara dan PLTS Oelpuah di Nusa Tenggara Timur.
- Energi Angin
Energi angin dihasilkan melalui turbin yang mengubah energi kinetik angin menjadi energi listrik. Kecepatan angin di Indonesia umumnya berkisar antara 4-5 m/detik, namun di daerah pantai dapat mencapai 10 m/detik. Menurut data resmi dari Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi energi angin yang sangat besar yaitu mencapai 155 GW. Sebagai wujud pemanfaatan potensi energi angin, pemerintah telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) skala besar pertama di Sidrap, Sulawesi Selatan. Dengan kapasitas 75 MW dari 30 turbin, PLTB Sidrap menjadi contoh nyata pemanfaatan energi angin di Indonesia. Selain itu, ada juga PLTB lain, seperti di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, yang memiliki kapasitas 3 MW.
- Energi Air
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mengubah energi potensial dan kinetik air menjadi listrik. Pembangkit ini terkenal karena biaya operasionalnya yang rendah, dengan rata-rata ongkos listrik hanya 3 sampai 5 sen dolar AS per kilowatt per jam untuk pembangkit berukuran di atas 10 megawatt. Pemerintah terus berupaya membangun PLTA baru, termasuk proyek PLTA Kalla Group di Kerinci, Sumatra. PLTA tersebut akan beroperasi pada bulan November tahun 2025 dengan kapasitas sebesar 315 MW. Selain itu, PLTA Peusangan di Aceh juga dijadwalkan beroperasi secara bertahap pada akhir tahun 2025. Proyek lain yang sedang direncanakan adalah PLTA Kayan di Kalimantan Utara, yang berpotensi akan menjadi salah satu PLTA terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas mencapai 9.000 MW.
- Energi Panas Bumi
Kementerian ESDM menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar, mencapai 24.000 MW atau sekitar 40% dari total potensi dunia. Potensi ini tersebar di sepanjang jalur “Ring of Fire” yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Energi ini menghasilkan emisi karbon dioksida, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida yang jauh lebih rendah dibandingkan sumber energi lain. Selain untuk pembangkit listrik, panas bumi juga dimanfaatkan secara luas untuk pemanasan kolam, terapi kesehatan, dan berbagai proses industri. Hingga saat ini, beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) telah beroperasi, diantaranya PLTP Salak terletak di Jawa Barat dengan kapasitas 377 MW, PLTP Sarulla terletak di Sumatra Utara dengan kapasitas 330 MW, PLTP Kamojang terletak di Jawa Barat dengan kapasitas 235 MW, dan PLTP Ulubelu terletak di Lampung dengan kapasitas 220 MW. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya untuk membangun PLTP baru seperti di Hululais, Lumut Balai Unit II, dan Sungai Penuh.
- Biomassa dan Biofuel
Indonesia memiliki potensi besar dalam bioenergi, dengan ketersediaan biomassa yang melimpah, diperkirakan mencapai 146 juta ton per tahun, yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan, dan sampah. Potensi ini dimanfaatkan secara luas, tidak hanya melalui program co-firing biomassa pada 47 PLTU milik PLN, tetapi juga melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di berbagai daerah seperti Mukomuko dan Siantan. Pemanfaatan Biomassa di Berbagai Daerah: Berbagai PLTBm telah dibangun di seluruh Indonesia. Contohnya adalah PLTBm Mukomuko di Bengkulu yang memanfaatkan limbah tandan kosong sawit, dan PLTBm Siantan di Kalimantan Barat yang merupakan pembangkit biomassa swasta pertama di provinsi tersebut. Selain itu, ada juga PLTBm Bambu Siberut di Kepulauan Mentawai. Di sektor transportasi, pemerintah menerapkan program B35 yang menggunakan campuran biodiesel dari kelapa sawit untuk mengurangi emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam memanfaatkan bioenergi sebagai bagian penting dari transisi energi nasional.
Penerapan Green Energy Dalam Keseharian
Saat ini, energi hijau tidak lagi menjadi konsep futuristik, tetapi telah menjadi bagian nyata dari kehidupan sehari-hari. Penerapan energi ramah lingkungan ini mencakup berbagai aspek kehidupan modern.
- Pemanfaatan Energi Terbarukan Untuk Pemanasan dan Pendinginan Bangunan
Sistem pemanas air tenaga surya menjadi solusi hemat energi untuk kebutuhan air panas di rumah tangga dan bangunan komersial. Teknologi pompa panas geothermal memanfaatkan suhu stabil bawah tanah untuk mengontrol suhu dalam ruangan, mengurangi konsumsi energi mulai dari 25% hingga 50% dibandingkan sistem Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) konvensional. Panel surya pada atap bangunan juga bisa menggerakkan sistem pendingin, sementara biomassa digunakan sebagai sumber pemanas ruangan.
- Transportasi Berbasis Listrik Dan Biofuel
Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sebesar 11% pada tahun 2030, khususnya di sektor transportasi. Pengembangan transportasi hijau terlihat dari pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) dan perkeretaapian berbasis rel yang terintegrasi menggunakan energi listrik. Pemerintah juga mendukung penggunaan kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif seperti biofuel dan hidrogen untuk mengurangi emisi.
- Industri Beralih Menuju Sumber Energi Ramah Lingkungan
Konsep Green Manufacturing mengintegrasikan praktik berkelanjutan di setiap tahap produksi dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti tenaga surya dan biomassa. Penerapan manufaktur hijau menurunkan biaya produksi hingga 15% dan meningkatkan efisiensi energi hingga 30%. Beberapa industri telah mengimplementasikan pembangkit listrik tenaga surya yang dapat mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional dan menekan biaya energi jangka panjang
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Tải thất bại ()