Mandiri Institute memperkirakan bahwa dorongan stimulus yang selama ini membuat masyarakat aktif berbelanja mulai mereda pada kuartal III-2025. Kondisi ini berpotensi menahan laju konsumsi masyarakat yang sebelumnya cukup tinggi.
Hal tersebut tercermin dari Mandiri Spending Index (MSI) yang pada September 2025 turun ke level 279,5, setelah pada kuartal I dan II-2025 sempat mendekati level 300, terutama saat libur sekolah pertengahan tahun. Sebagai perbandingan, pada momentum Ramadan 2025 (Maret–April), MSI masih berada di level 284,6.
“Sejak akhir Juli hingga sekarang, memang tidak ada lagi faktor stimulus yang mendorong konsumen untuk belanja,” ujar Kepala Mandiri Institute, Andre Simangunsong, dalam acara Mandiri Macro and Market Brief 3Q25 Indonesia Economic Outlook, Kamis (28/8/2025).
Pola Belanja di Berbagai Wilayah
Mandiri Institute mencatat tren perlambatan belanja terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Per 1 September 2025, nilai MSI tercatat:
- Sumatera: 324
- Jawa: 254,7
- Kalimantan: 576,4
- Sulawesi: 426,6
- Bali & Nusa Tenggara: 225
- Maluku & Papua: 552,5
Berdasarkan Kelompok Belanja
Sejumlah kelompok pengeluaran juga mengalami penurunan signifikan pada kuartal III-2025, di antaranya:
- Keperluan rumah tangga (household): 161,2
- Pendidikan: 226,2
- Leisure/rekreasi: 216,3
Andre menjelaskan, sebelumnya konsumsi sempat naik karena adanya berbagai promo saat Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Namun, setelah periode itu berakhir, tren belanja kembali menurun, termasuk untuk kebutuhan rumah tangga dan elektronik.
Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Mandiri Institute menilai perlambatan konsumsi ini akan memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi nasional. Data BPS sebelumnya mencatat, pada kuartal II-2025 ekonomi RI tumbuh 5,12% (year-on-year). Namun, pada kuartal III-2025, pertumbuhan diperkirakan hanya berada di kisaran 4,9%–5%.
Menurut Dian Ayu Yustina, Kepala Departemen Riset Ekonomi Makro dan Pasar Keuangan Bank Mandiri, melandainya pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan hilangnya faktor musiman yang biasanya mendorong konsumsi rumah tangga. Padahal, komponen konsumsi rumah tangga sendiri menyumbang lebih dari 50% terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Hitungan kami menunjukkan kuartal III kemungkinan hanya bisa mencapai kisaran 4,9–5%, sedikit melandai dibanding kuartal sebelumnya,” jelas Dian.
Dengan demikian, tanpa adanya stimulus tambahan atau penggerak konsumsi baru, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2025 diperkirakan akan lebih lemah dibanding periode sebelumnya.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Tải thất bại ()