Ringkasan:
- Pabrik zona euro tumbuh untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2022
- Survei swasta Tiongkok tunjukkan pertumbuhan tak terduga pada Agustus
- PMI Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan menyusut
- Analis prediksi dampak tarif AS akan makin menekan Asia
Aktivitas pabrik di zona euro akhirnya kembali berkembang untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2022, didukung oleh permintaan domestik yang kuat yang mampu menahan efek tarif Amerika Serikat. Sebaliknya, sektor manufaktur Asia justru menunjukkan kontraksi, menurut survei swasta yang dirilis Senin.
Namun, tanda-tanda dari ekonomi Tiongkok bercampur. Satu survei swasta menunjukkan adanya ekspansi kecil, berlawanan dengan data resmi sehari sebelumnya yang masih mencatat penyusutan.
Asia Tertekan
Negara-negara eksportir utama Asia—Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan—semuanya mengalami penyusutan aktivitas manufaktur pada Agustus, mencerminkan kesulitan kawasan ini menghadapi lonjakan hambatan dagang yang dipicu Presiden AS Donald Trump.
- Jepang: PMI Manufaktur S&P Global naik menjadi 49,7 dari 48,9 bulan Juli, namun masih di bawah ambang pertumbuhan (50) selama dua bulan berturut-turut.
- Korea Selatan: PMI berada di level 48,3, naik tipis dari 48,0 di Juli, namun tetap mengalami kontraksi tujuh bulan beruntun.
Menurut Toru Nishihama, Kepala Ekonom Pasar Emerging di Dai-ichi Life Research Institute, “Ekonomi Asia menghadapi pukulan ganda: tarif tinggi dari AS sekaligus persaingan dengan ekspor murah dari Tiongkok. Dampak tarif AS kemungkinan akan makin terasa, terutama bagi negara yang sangat bergantung pada pengiriman ke AS seperti Thailand dan Korea Selatan.”
Meski begitu, data PMI Manufaktur Umum Tiongkok versi S&P Global (RatingDog) justru naik tak terduga ke 50,5 pada Agustus dari 49,5 di Juli—melewati batas pertumbuhan. Angka ini bertentangan dengan survei resmi pemerintah yang melaporkan kontraksi lima bulan berturut-turut akibat lemahnya permintaan domestik dan ketidakpastian hasil kesepakatan dagang Beijing–Washington.
Trump sendiri memperpanjang “gencatan tarif” dengan Tiongkok selama 90 hari hingga 10 November, menunda pemberlakuan bea masuk tiga digit.
Sementara itu, India kembali menjadi pengecualian. Dengan pertumbuhan PDB kuartal lalu mencapai 7,8%—di atas ekspektasi—aktivitas manufaktur negara itu pada Agustus tercatat tumbuh paling cepat dalam 17 tahun. Namun, kebijakan tarif 50% dari AS terhadap impor produk India seperti pakaian, perhiasan, dan batu mulia berpotensi menekan laju pertumbuhan di kuartal mendatang.
Eropa Tampil Lebih Tangguh
Di Eropa, Yunani dan Spanyol memimpin pertumbuhan manufaktur, sementara Jerman—ekonomi terbesar zona euro—masih menyusut namun dengan laju yang lebih lambat.
- Indeks PMI Manufaktur Zona Euro (HCOB) naik ke 50,7 pada Agustus dari 49,8 di Juli, level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun.
- Di Jerman, PMI naik ke 49,8, hampir menyentuh level pertumbuhan, memberi harapan setelah PDB kuartal sebelumnya menyusut 0,3%.
Cyrus de la Rubia, Kepala Ekonom Hamburg Commercial Bank, menyebut, “Pemulihan nyata memang terjadi, tetapi masih rapuh. Permintaan domestik yang naik berhasil menutup pelemahan ekspor. Obat terbaik menghadapi tarif AS adalah memperkuat konsumsi dalam negeri.”
Di Inggris, yang berada di luar Uni Eropa, aktivitas pabrik kembali tersendat pada Agustus setelah tanda-tanda pemulihan sebelumnya. Kekhawatiran soal ketegangan dagang dan kenaikan pajak domestik menjadi faktor utama pelemahan tersebut.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Tải thất bại ()