FOREXimf.com - Halo, para pejuang pasar! Gimana kabar trading kamu hari ini? Semoga profit terus ya. Ngomongin soal profit, pasti kamu sering banget denger kan, para mentor atau trainer trading bilang, "Pakai aja rasio risk reward 1:2, dijamin konsisten profit!" Atau mungkin kamu baca di buku-buku trading klasik, atau nongol di feed media sosial, seolah-olah angka 1:2 itu adalah mantra sakti yang wajib diikutin semua trader.
Nah, di sini saya mau bongkar nih. Bener nggak sih, aturan emas 1:2 itu berlaku untuk semua trader, di semua kondisi pasar, dan di semua instrumen? Jujur aja, banyak banget lho trader forex dan komoditi yang nyangkut karena "memaksakan" diri ikut aturan ini. Padahal, dunia trading itu dinamis banget, Bro-Sis! Apa yang cocok buat si A, belum tentu cocok buat kamu. Yuk, kita selami lebih dalam kenapa rasio risk reward ini nggak sesederhana yang kamu kira.
Apa Itu Rasio Risk Reward? (Gampang Banget Kok!)
Sebelum kita bedah lebih jauh, kita samain dulu persepsi soal apa itu rasio risk reward. Gampangnya gini, ini adalah perbandingan antara potensi kerugian (risk) yang siap kamu tanggung, dengan potensi keuntungan (reward) yang kamu harapkan dari satu kali trading.

Contoh simpelnya: Kamu mau trading EUR/USD. Kamu pasang stop loss $50 (potensi rugi maksimal kamu), dan kamu pasang take profit $100 (potensi untung maksimal kamu). Nah, ini namanya rasio risk reward 1:2. Artinya, untuk setiap $1 yang kamu risikokan, kamu berharap bisa dapat $2. Paham ya sampai sini? Ringkas dan simple banget kan?
Kenapa Trader Sering “Terkunci” di Angka 1:2?
Ini nih biang keroknya. Kenapa sih banyak banget trader yang seolah-olah "terhipnotis" sama angka 1:2?
Mindset Textbook Klasik
Pertama, ini datang dari mindset textbook dan teori klasik trading. Di banyak buku atau seminar awal, angka 1:2 sering banget disebut sebagai rasio ideal untuk mencapai profitabilitas jangka panjang, apalagi kalau win rate kamu nggak terlalu tinggi.
Logikanya, kalau win rate kamu cuma 50% aja, tapi setiap kali untung kamu dapat 2x lipat dari kerugian, secara matematis kamu tetap untung kan?
Ajaran Mentor Trading
Kedua, pengaruh dari seminar, buku, atau media sosial. Nggak bisa dipungkiri, banyak banget "guru trading" yang menggembar-gemborkan 1:2 sebagai "golden rule" atau aturan emas yang nggak boleh diganggu gugat. Mereka bilang, kalau kamu nggak pakai 1:2, kamu itu trader yang nggak disiplin, atau bahkan nggak profesional. Padahal, ini cuma satu dari sekian banyak pendekatan lho.
Standar Trader Profesional?
Ketiga, ada anggapan bahwa 1:2 itu adalah standar profesional. Seolah-olah, kalau kamu pakai rasio ini, kamu sudah mengikuti jejak para trader sukses di Wall Street. Padahal, para trader profesional itu punya fleksibilitas yang luar biasa dalam menentukan rasio ini, tergantung kondisi pasar dan strategi mereka.
Masalahnya: 1:2 Nggak Selalu Realistis!
Nah, jangan salah duga ya. Saya nggak bilang rasio risk reward 1:2 itu jelek lho ya. Itu sebenarnya ideal. Tapi, ini dia inti permasalahannya: kondisi riil di market itu nggak selalu ideal.
Sekilas, 1:2 itu kedengeran keren. Tapi, di dunia nyata trading, nggak selalu semudah itu, Bro-Sis. Ada banyak faktor yang bikin rasio risk reward 1:2 ini jadi nggak realistis buat sebagian besar trader, di antaranya:
Perbedaan Gaya Trading:
- Scalper:
Kamu yang suka trading super cepat di timeframe M1-M5, ngejar profit kecil tapi sering. Coba deh bayangin, di timeframe sependek itu, nyari reward 2x lipat dari risk itu susah banget! Pasar sering cuma bergerak beberapa pips aja sebelum balik arah. Kalau kamu paksain 1:2, bisa-bisa target profit kamu nggak pernah kesentuh, atau malah kena stop loss duluan karena pergerakan kecil. - Day Trader:
Kamu yang buka tutup posisi di hari yang sama. Mungkin lebih fleksibel, tapi tetap aja, kondisi pasar harian bisa beda-beda. - Swing Trader:
Kamu yang tahan posisi berhari-hari atau berminggu-minggu. Nah, buat swing trader, 1:2 mungkin lebih masuk akal, karena mereka punya ruang gerak harga yang lebih besar. Tapi, tetap aja, nggak selalu harus 1:2.
Perbedaan Instrumen:
- Forex Major (EUR/USD, GBP/USD):
Pasangan mata uang major cenderung lebih stabil pergerakannya. Mungkin 1:2 bisa dicapai, tapi tetap butuh timing yang pas. - Gold (XAU/USD):
Ini instrumen favorit para trader komoditi yang punya volatilitas tinggi. Pergerakannya bisa sangat eksplosif. Kadang, di Gold, kamu bisa dapat reward yang jauh lebih besar dari 2x risk. Tapi, di sisi lain, Gold juga bisa tiba-tiba berbalik arah dan kena stop loss kamu. Memaksakan 1:2 di Gold bisa jadi kamu sering ketinggalan profit besar, atau malah sering kena stop loss karena target profit yang terlalu jauh.
Perbedaan Volatilitas Pasar:
Pasar itu nggak statis. Kadang lagi tenang, kadang lagi heboh banget. Di pasar yang lagi tenang, harga bergerak pelan, nyari reward 2x risk itu bisa makan waktu lama banget, bahkan nggak kesampaian.
Sebaliknya, di pasar yang lagi heboh (misalnya pas ada rilis berita penting), harga bisa bergerak cepat dan jauh. Di sini, kalau kamu cuma pasang 1:2, bisa-bisa kamu "ketinggalan kereta" profit yang lebih besar.
Contoh Kasus: Rasio Risk Reward yang “Dipaksa”
Mari kita lihat beberapa skenario:
- Scalper di Timeframe M1–M5:
Bayangin kamu scalping di M1. Kamu pasang stop loss 3 pips. Untuk mencapai rasio risk reward 1:2, kamu harus pasang take profit 6 pips. Di M1, harga sering banget cuma bergerak 2-3 pips terus balik arah. Kalau kamu paksain 6 pips, kemungkinan besar target kamu nggak akan kesentuh, atau malah kena stop loss duluan. Lebih realistis kalau scalper pakai 1:1, atau bahkan 1:0.8, tapi dengan win rate yang sangat tinggi. - Day Trader Gold:
Kamu trading Gold di timeframe H1. Kamu melihat ada setup bagus, pasang stop loss $50. Kalau kamu paksakan 1:2, berarti target profit kamu $100. Padahal, kadang harga Gold cuma bergerak $70-$80 dari entry kamu sebelum mentok di resistance kuat dan berbalik arah. Kamu jadi sering "nyaris" profit tapi nggak kesampaian, atau malah kena stop loss karena harga berbalik. Mungkin lebih realistis kalau kamu pakai 1:1.5 ($75), atau bahkan 1:1 ($50) kalau memang kondisi pasar lagi nggak mendukung pergerakan jauh.
Coba deh bayangin ilustrasi grafik sederhana ini: Kamu entry buy di support. Kamu pasang stop loss di bawah support itu. Target profit kamu 2x lipat dari stop loss. Tapi, sebelum mencapai target profit, harga mentok di resistance kuat yang cuma berjarak 1.5x dari stop loss kamu. Kalau kamu paksain 1:2, kemungkinan besar harga akan berbalik dari resistance itu dan kena stop loss kamu, atau setidaknya kamu nggak dapat profit maksimal. Padahal, kalau kamu fleksibel dan pasang target di resistance itu (misalnya jadi 1:1.5), kamu bisa profit dan keluar pasar dengan aman.
Jadi, Patokan Rasio Risk Reward Itu Apa?
Ini dia pertanyaan jutaan dolar! Jawabannya adalah: nggak ada angka saklek! Nggak ada satu pun angka yang bisa dibilang "ideal" untuk semua trader. Kamu harus fleksibel dan menyesuaikannya.
Jadi, apa yang jadi patokan? Di antaranya ini:
- Win Rate:
Kalau win rate kamu tinggi (misalnya 70-80%), kamu bisa kok pakai rasio risk reward 1:1, atau bahkan 1:0.8. Karena kamu sering profit, kerugian kecil kamu akan tertutup oleh profit yang sering. - Strategi Entry:
Apakah strategi kamu sering memberikan entry di awal tren besar? Atau kamu lebih suka counter-trend? Strategi yang beda butuh rasio yang beda juga. - Volatilitas Instrumen:
Seperti yang kita bahas tadi, Gold butuh pendekatan beda dengan EUR/USD, apalagi USD/CHF. Instrumen yang lebih volatil mungkin bisa kasih reward lebih besar, tapi juga risk yang lebih tinggi.

Rule of thumb-nya: Cari balance antara rasio dan probabilitas (win rate). Jangan cuma fokus di satu sisi aja. Trader yang sukses itu bisa menyeimbangkan keduanya. Ada yang win rate-nya tinggi tapi risk reward-nya kecil. Ada juga yang win rate-nya rendah tapi risk reward-nya besar (misalnya 1:5 atau 1:10). Keduanya bisa profit, asalkan konsisten dan sesuai dengan gaya trading mereka.
Tips Praktis Menentukan Rasio Risk Reward Versi Kamu
Oke, sekarang pertanyaannya, gimana caranya nemuin rasio risk reward yang pas buat kamu? Ini dia tips praktisnya:
- Uji Coba di Akun Demo/Backtest Minimal 30 Trade:
Jangan langsung terjun ke real account. Coba deh, pakai strategi kamu, di instrumen favorit kamu, dan di timeframe yang biasa kamu pakai. Lakukan minimal 30 kali trading (lebih banyak lebih bagus) di akun demo atau lewat backtest. Catat setiap hasilnya: berapa risk-nya, berapa reward-nya, dan apakah target profit atau stop loss yang kesentuh. Dari sini, kamu akan mulai melihat pola dan menemukan rasio yang paling sering berhasil buat kamu.
- Sesuaikan dengan Timeframe Favorit:
Kalau kamu scalping di M5, jangan paksain 1:2. Mungkin 1:1 atau 1:0.8 lebih realistis. Kalau kamu swing trading di H4 atau Daily, mungkin 1:2, 1:3, atau bahkan 1:5 bisa kamu kejar. - Gunakan ATR (Average True Range) / Volatilitas untuk Realistis Menentukan Target:
ATR itu indikator yang nunjukkin seberapa jauh harga bergerak dalam periode tertentu. Ini bisa jadi panduan bagus buat kamu menentukan target profit yang realistis. Kalau ATR harian Gold cuma $20, jangan pasang target $100 kalau stop loss kamu $20 (jadi 1:5), itu terlalu jauh dan nggak realistis. Sesuaikan target profit kamu dengan potensi pergerakan harga yang wajar di instrumen tersebut. - Jangan Ikut-ikutan Mentor Tanpa Testing Sendiri:
Mentor itu fungsinya sebagai pembimbing, bukan penentu mutlak. Apa yang berhasil buat mentor kamu, belum tentu berhasil buat kamu. Setiap trader itu unik, punya psikologi, modal, dan gaya trading yang beda. Jadi, selalu uji coba sendiri, temukan apa yang paling cocok dengan karakter dan strategi kamu.
Kesimpulan & Yuk Mulai Eksplorasi Rasio Risk Reward Kamu!
Jadi, intinya, rasio risk reward 1:2 itu bukan aturan wajib yang harus kamu patuhi mati-matian. Itu cuma sekadar patokan awal, titik tolak untuk kamu mulai belajar. Dunia trading itu dinamis, dan kamu sebagai trader juga harus dinamis dalam menyesuaikan diri.
Yang lebih penting dari sekadar angka 1:2 adalah konsistensi dalam menjalankan trading plan kamu dan money management yang disiplin. Percuma kalau kamu punya rasio 1:5 tapi win rate kamu cuma 10%. Atau kamu punya rasio 1:2 tapi kamu nggak konsisten ikutin plan, malah sering cut loss di tengah jalan atau pindahin stop loss.
Yuk, mulai sekarang, jangan takut untuk bereksperimen dan menemukan rasio risk reward versi kamu sendiri! Mulai dengan uji coba di akun demo, catat hasilnya, dan sesuaikan dengan gaya trading kamu di forex atau komoditi. Dengan begitu, kamu nggak cuma jadi follower, tapi jadi trader yang mandiri dan punya strategi yang benar-benar cocok buat kamu. Selamat mencoba dan semoga profit konsisten!
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.



Tải thất bại ()