Dolar AS terus menunjukkan penguatan tajam, didorong oleh ketidakpastian politik di Prancis dan Jepang yang menekan euro (EUR) dan yen (JPY), dua mata uang utama pembentuk indeks dolar (DXY). Namun, reli ini dinilai mulai berlebihan. Risalah rapat The Fed (FOMC Minutes) yang bernada dovish bisa menjadi pemicu koreksi dolar.
Selain itu, bank sentral Selandia Baru (RBNZ) mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, menandakan sinyal pelonggaran lebih lanjut di masa depan.
USD: Penguatan Dolar Tak Didukung Fundamental
Reli dolar yang terjadi sejak awal pekan sebagian besar dipicu oleh faktor eksternal — bukan kekuatan ekonomi AS sendiri. Ketidakstabilan politik di Prancis dan Jepang menekan EUR dan JPY, yang menyumbang 71% komponen DXY, mendorong indeks ke level tertinggi sejak awal Agustus.
Penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) sebenarnya bukan kabar positif untuk dolar. Namun, kondisi ini masih dianggap “lebih baik” dibanding ketidakpastian politik di negara lain. Shutdown juga membuat spekulasi pelemahan pasar tenaga kerja AS sementara mereda.
Meski begitu, emas justru menjadi pemenang besar dengan menyentuh rekor baru di US$4.000 per ons, dan analis komoditas menilai tren kenaikan ini masih berpotensi berlanjut.
Risalah FOMC dari rapat September akan menjadi ujian penting bagi momentum bullish dolar. Saat itu, The Fed menurunkan suku bunga dengan nada dovish dalam proyeksi Dot Plot, namun komentar Ketua Jerome Powell terdengar hati-hati dan tidak memberikan sinyal pemangkasan beruntun.
Jika risalah menunjukkan dukungan yang lebih luas terhadap pemangkasan 50 basis poin, dolar berisiko melemah. Powell sebelumnya menegaskan bahwa opsi tersebut “tidak mendapat dukungan luas”, tetapi pasar ingin tahu apakah ada anggota FOMC lain yang membahasnya secara terbuka. Saat ini pasar memperkirakan penurunan suku bunga 45 basis poin hingga Desember, dan total 67 basis poin hingga kuartal I 2026 — masih terbilang konservatif. Jika The Fed menunjukkan kecenderungan lebih dovish, dolar bisa terkoreksi lebih jauh.
EUR: Ketidakpastian Politik Prancis Jadi Sorotan
Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Perdana Menteri yang akan lengser untuk kembali mencoba membentuk pemerintahan baru sebelum batas waktu malam ini. Jika gagal, kemungkinan besar Prancis akan menggelar pemilu kilat (snap election), bahkan ada sedikit risiko Macron sendiri mengundurkan diri — meski peluangnya kecil.
Pasar taruhan memperkirakan 60–65% kemungkinan pemilu legislatif diumumkan minggu depan, sementara peluang Macron lengser sebelum akhir tahun hanya 15%.
Jika pemilu kilat digelar, EUR/USD berpotensi turun 0,2–0,5% karena ketidakpastian fiskal dan tekanan terhadap obligasi pemerintah Prancis (OAT). Namun, jika pemerintahan baru berhasil terbentuk, dampaknya bagi euro kemungkinan terbatas.
Dengan reli dolar yang dinilai sudah terlalu tinggi, analis memperkirakan EUR/USD berpeluang kembali ke 1,170 dalam beberapa hari ke depan, dibanding menguji level 1,150.
NZD: Pemangkasan Mengejutkan dari RBNZ
Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) mengejutkan pasar dengan pemangkasan suku bunga 50 basis poin dan memberi sinyal kemungkinan pemangkasan lanjutan. Langkah ini membuat NZD/USD jatuh 1%.
Keputusan ini dianggap agresif, terutama karena inflasi kuartal ketiga belum dirilis. RBNZ tampak fokus pada pemulihan pertumbuhan setelah PDB kuartal II menyusut lebih besar dari perkiraan.
Analis memperkirakan RBNZ akan memangkas lagi 25 basis poin pada November ke 2,25%, dan kemungkinan tambahan ke 2,0% pada awal 2026. Meski NZD bisa sedikit pulih berkat pelemahan dolar AS, kinerjanya kemungkinan tetap tertinggal dibanding AUD.
PLN: Bank Sentral Polandia Waspadai Inflasi
Bank Sentral Polandia (NBP) dijadwalkan rapat hari ini dengan dua kemungkinan: mempertahankan suku bunga di 4,75% atau memangkas 25 basis poin. Sebagian besar ekonom memperkirakan tidak ada perubahan hingga proyeksi baru diumumkan November nanti.
Meski inflasi menurun dan pemerintah membekukan harga energi hingga akhir tahun, kekhawatiran fiskal tetap tinggi karena defisit yang besar tahun depan bisa memicu lonjakan inflasi kembali.
Jika pun pemangkasan dilakukan, kemungkinan besar disertai pernyataan hawkish yang menolak penurunan lanjutan tahun ini. Pasar saat ini memperkirakan hampir dua kali pemangkasan hingga akhir 2025.
EUR/PLN masih bergerak di kisaran 4,245–4,275, dan analis melihat ruang terbatas untuk pelemahan lebih lanjut, terutama jika NBP bersikap lebih tegas.
RON: Bank Sentral Rumania Siaga di Level Kritis
Rapat Bank Sentral Rumania (NBR) hari ini diperkirakan tidak membawa perubahan berarti, dengan suku bunga tetap di 6,50%.
Inflasi Rumania melonjak dalam dua bulan terakhir dan bisa mencapai 10% pada September–Oktober, sebagian akibat kebijakan fiskal baru. Meski demikian, bank sentral memilih untuk menunggu dan belum mempertimbangkan pemangkasan hingga paruh kedua 2026.
EUR/RON sempat menyentuh 5,010, level tertinggi sejak Mei. Meski NBR tampak memberi fleksibilitas lebih pada kurs, pelemahan RON sudah mencapai 0,75% sejak pertengahan September, dan bank sentral kemungkinan akan menahan depresiasi lebih lanjut untuk menghindari tekanan inflasi.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Tải thất bại ()