
Dunia kripto kembali terguncang. Jaksa federal di Amerika Serikat menuduh seorang taipan Kamboja sebagai dalang di balik jaringan penipuan siber, kerja paksa, dan pencucian uang lintas negara dengan nilai fantastis mencapai Rp 231 triliun.
Kerajaan Kripto dan Jaringan Penipuan Global
Chen, pengusaha berusia 38 tahun yang dikenal sebagai “Vincent”, didakwa atas konspirasi penipuan dan pencucian uang. Ia disebut membangun jaringan bisnis yang memanfaatkan proyek kripto, perjudian online, hingga real estate untuk mencuci dana hasil kejahatan.
Menurut dokumen dakwaan, operasi ini menghasilkan sekitar US$30 juta (Rp 495 miliar) per hari, dengan ribuan korban tersebar di Asia Tenggara dan negara lain.
“Chen adalah dalang di balik kerajaan penipuan siber yang sangat luas,” kata seorang jaksa federal. “Operasi ini salah satu yang terbesar dalam sejarah penipuan investasi.”
Kerja Paksa dan Penipuan Digital di Balik Investasi
Dalam dakwaan, disebutkan bahwa Prince Holding Group, perusahaan yang dikendalikan Chen, membangun sedikitnya 10 kompleks kerja paksa di Kamboja. Para pekerja migran dijebak dengan tawaran pekerjaan bergaji tinggi, namun kemudian disekap dan dipaksa melakukan penipuan investasi kripto lewat media sosial dan platform pesan.
Kondisi di dalam kompleks digambarkan menyeramkan:
Ratusan ponsel yang diatur otomatis untuk mengendalikan ribuan akun palsu
Pekerja disiksa jika mencoba melarikan diri
Salah satu kompleks disebut terhubung dengan Hotel Kasino Jinbei milik grup Chen, sedangkan lainnya dikenal sebagai Golden Fortune.
Skala Kejahatan dan Bukti Pencucian Uang
Departemen Keuangan AS menyebut perusahaan Chen sebagai organisasi kriminal transnasional. Mereka menyita 127.271 Bitcoin hasil kejahatan, senilai lebih dari US$14 miliar pada harga saat ini. Koin tersebut berpotensi digunakan untuk membayar ganti rugi kepada korban.
Data PBB tahun 2023 menunjukkan sekitar 100.000 orang di Kamboja dipaksa melakukan penipuan online, ditambah 120.000 orang di Myanmar, dan puluhan ribu lainnya di Thailand, Laos, serta Filipina.
| Negara | Estimasi Korban | Jenis Eksploitasi |
|---|---|---|
| Kamboja | 100.000+ | Penipuan kripto & kerja paksa |
| Myanmar | 120.000+ | Scam digital & penyekapan |
| Thailand, Laos, Filipina | 50.000+ | Penipuan lintas batas |
Hubungan Politik dan Imunitas Kekuasaan
Chen diketahui pernah menjadi penasihat Perdana Menteri Hun Manet dan memiliki hubungan erat dengan mantan PM Hun Sen. Ia bergelar “neak oknha”, setara bangsawan, yang memberikan perlindungan sosial-politik di Kamboja.
Para analis menyebut kasus ini menyorot “ekonomi kriminal yang dilindungi kekuasaan.”
“Chen adalah pilar utama ekonomi kriminal yang memiliki hubungan langsung dengan elite politik,” ujar Jacob Sims, peneliti kejahatan transnasional. “Tindakan hukum ini belum mengakhiri jaringan mereka, tapi mulai mengubah kalkulus risiko bagi investor global.”
Pelajaran untuk Trader dan Komunitas Kripto
Kasus ini memberi peringatan bagi trader untuk lebih waspada terhadap proyek investasi yang tidak transparan. Dunia kripto menawarkan peluang besar, tetapi juga menjadi lahan bagi praktik gelap.
Di Followme.com, banyak trader kini mulai membahas pentingnya due diligence dan manajemen risiko sebelum menaruh dana ke proyek aset digital yang belum terverifikasi.
📊 FAQ — Skandal Kripto Rp231 Triliun
Siapa Chen dan apa perannya?
Berapa nilai dana yang terlibat?
Apakah ada korban dari negara lain?
Apa hubungan kasus ini dengan pasar kripto global?
Apa pelajaran bagi trader?
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.


Tải thất bại ()