Indeks dolar AS (DXY) terangkat sekitar 0.1 persen ke kisaran 95.30-an pada awal sesi New York awal pekan ini (17/1/2022). Greenback sempat terkoreksi pada sesi Asia lantaran pengumuman pemangkasan suku bunga dadakan di China, tetapi posisinya kembali beranjak berkat stabilisasi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.
Sebuah kejutan mengemuka pada sesi Asia tadi pagi. Setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) China yang mengecewakan, bank sentral People’s Bank of China (PBoC) mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 10 basis poin untuk sejumlah fasilitas pinjaman jangka menengah dan jangka pendek.
Keputusan PBoC bukannya melemahkan kurs Renminbi, melainkan justru menjatuhkan USD/CNY kembali ke rekor terendah dalam hampir empat tahun terakhir. Mata uang-mata uang komoditas juga tertopang oleh kabar tersebut, karena stimulus PBoC dapat menopang daya beli China dan bersifat suportif bagi pasar komoditas global.
Terlepas dari itu, fokus utama pelaku pasar masih terletak pada prospek “Fed rate hike”. Ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS telah mendorong peningkatan posisi long pada USD ke tingkat yang sangat tinggi pada akhir 2021. Posisi long neto berkurang selama periode sepekan yang berakhir pada tanggal 11 Januari 2022, tetapi masih tetap berada dekat rekor tertinggi.
“Dengan 3.7 kenaikan suku bunga The Fed diperhitungkan untuk 2022 dan 2.3 untuk 2023, partisipan pasar tampaknya menyimpulkan bahwa risiko untuk perhitungan kebijakan sekarang sudah lebih seimbang,” kata Goldman Sachs, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Rabobank juga memberitahu para kliennya bahwa akumulasi posisi long USD yang masih sangat tinggi menandakan bahwa investor gemar memegang dolar AS di tengah “retorika hawkish The Fed selama beberapa bulan ini”. Tapi Rabobank mengingatkan, “Aksi jual dalam USD di pasar spot pekan lalu mengisyaratkan bahwa posisi long sudah sangat penuh.”
Kemerosotan USD selama awal Januari sempat mengejutkan sebagian analis. Dengan merunut kembali ke belakang, terdapat sedikitnya dua kemungkinan yang melatarbelakanginya.
Pertama, prospek kenaikan suku bunga The Fed tahun 2022 sempat meningkat dari 3 kali menjadi 4 kali, tapi kemudian berkurang lagi seusai rilis serangkaian data ekonomi AS yang mengecewakan. Kedua, pelaku pasar mungkin sudah sepenuhnya memperhitungkan prospek “Fed rate hike”, sehingga ambil untung pada sejumlah posisi long yang sudah dibuka. Ketiga, prospek Quantitative Tightening dalam tahun 2022 berpeluang menyusutkan prospek kenaikan suku bunga tahun 2023.
Được in lại từ analisa_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()