
Pemerintah Jepang sedang menghadapi dilema, dan ini adalah situasi yang sulit. Menurut para ahli strategi mata uang di Saxo Markets, mereka harus membuat keputusan krusial: apakah mereka harus memberikan bantuan kepada yen atau pasar saham?
Para pemimpin Jepang terjepit di antara dua pilihan sulit. Di satu sisi, kebijakan moneter yang longgar menghancurkan mata uang nasional. Di sisi lain, bahkan sedikit isyarat untuk memperketat kebijakan dapat menyebabkan kekacauan di pasar saham. Saxo Markets menunjukkan bahwa buah simalakama ini telah menempatkan mereka dalam posisi yang sulit.
Akibatnya, yen, yang diperdagangkan sebesar 161 terhadap dolar AS pada akhir Juni, telah tergelincir ke bawah level 150 setelah pasar anjlok. Jika ketakutan akan resesi di AS makin parah, yen dapat kembali mengalami penurunan. Para ahli menyatakan bahwa situasi ini juga memberikan tekanan pada saham-saham Jepang.
Belum lama ini, pasar saham Jepang anjlok lebih dari 13%. Penurunan indeks Nikkei saat ini bahkan melampaui penurunan saat Black Monday pada tahun 1987. Sementara itu, indeks Topix, indikator kunci untuk pasar saham Jepang, anjlok sebesar 9,2% hanya dalam dua hari.
Para ahli mengaitkan volatilitas yen saat ini dengan kebijakan moneter bank sentral Jepang yang berbeda dengan Federal Reserve AS. Bank of Japan telah lama mempertahankan suku bunga di wilayah negatif, sementara Fed terus menaikkan suku bunga dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan belakangan ini dipicu oleh keputusan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan untuk kedua kalinya dalam enam bulan, yang menyebabkannya naik menjadi 0,25%.
加载失败()