
IDXChannel – Harga minyak mentah dunia kembali menguat pada Senin (7/10/2024) di tengah ekspektasi Israel bersiap membalas serangan misil Iran pekan lalu, memicu kekhawatiran perang lebih luas di Timur Tengah yang dapat mengancam pasokan dari Teluk Persia.
Menurut data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik tajam 3,84 persen ke USD81,14 per barel, sedangkan minyak jenis WTI meningkat 3,97 persen ke level USD77,50 per barel pada Senin.

Dengan ini, kontrak berjangka minyak tersebut terapresiasi selama lima hari beruntun.
Tujuh Oktober menandai peringatan satu tahun serangan teroris Hamas di Israel, yang memicu perang Israel di Gaza dan invasi ke Lebanon.

Meskipun kekerasan telah menewaskan ribuan orang, ancaman perang yang meluas ke wilayah Teluk Persia yang kaya minyak baru muncul pekan lalu setelah serangan misil Iran. Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), diperkirakan akan membalas dengan menyerang infrastruktur minyak Iran.
"Kenaikan harga minyak pekan lalu, yang tertinggi sejak Januari 2023, mencerminkan kekhawatiran bahwa serangan terhadap industri minyak dan gas Iran dapat memperketat pasokan dan memperluas konflik," ujar Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Ole Hansen, dikutip MT Newswires, Senin (7/10).

Namun, prospek minyak masih cenderung bearish, seiring OPEC+ siap untuk mulai mengembalikan 2,2 juta barel per hari dari pemotongan produksi dengan penambahan bulanan sebesar 180.000 barel per hari mulai Desember.
Selain itu, ekspor Libya kembali mencapai kapasitas 1,2 juta bpd setelah sebelumnya terbatas pada sekitar 450.000 bpd akibat perselisihan politik di negara Afrika Utara tersebut. Permintaan global juga tetap rendah karena ekonomi China, sebagai importir utama, terus berjuang.
"Meski konflik ini membawa emosi kuat ke komunitas minyak, faktor-faktor makroekonomi secara efektif membendung potensi peningkatan permintaan global," kata PVM Oil Associates.
Intai Level USD90 per Barel
Sementara, analis Goldman Sachs mengatakan, dikutip Dow Jones Newswires, Senin (7/1), minyak Brent kemungkinan akan diperdagangkan dalam kisaran USD70-USD85 per barel dengan asumsi konflik yang meningkat di Timur Tengah tidak menyebabkan gangguan besar pasokan.
Namun, kehilangan pasokan minyak Iran bisa mendorong harga ke USD90 per barel atau lebih.
Mereka mencatat, jika terjadi pengurangan pasokan Iran sebesar 2 juta barel per hari selama enam bulan, "kami memperkirakan Brent bisa naik sementara ke puncak USD90 jika OPEC dengan cepat menutupi kekurangan tersebut, dan puncak 2025 di kisaran pertengahan USD90 tanpa kompensasi dari OPEC."
Goldman Sachs melanjutkan, gangguan yang persisten sebesar 1 juta barel per hari, seperti dari penegakan sanksi, bisa mendorong Brent ke pertengahan USD80 dengan kompensasi dari OPEC dan puncak 2025 di pertengahan USD90 tanpa kompensasi. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()