Eks Menperin Sebut Industri Sawit Bisa Selamatkan RI dari Middle Income Trap

Mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri sawit Indonesia masih mendapat banyak tekanan, khususnya dari negara asing. Contohnya terkait penetapan harga CPO hingga negatif campaign.

Padahal menurutnya sawit merupakan merupakan satu-satunya komoditas asal Indonesia yang berhasil menguasai pasar global. Selain itu komoditas ini juga berhasil memberikan sumbangan terhadap devisa negara hingga Rp 161 triliun hingga pertengahan tahun ini.

"Kita bisa lihat bahwa dari sawit lah misalnya untuk produk perkebunannya di Indonesia, kita bisa saving devisa sekitar dari Rp 35 triliun, bisa saving deficit sebesar sekitar Rp 161 triliun. Ini satu yang luar biasa," kata Saleh dalam acara peluncuran bukunya yang berjudul 'Hilirisasi Sawit, Cegah Middle Income Trap' di Jakarta, Rabu (9/10/2024).

Berkat kontribusinya yang besar terhadap perekonomian negara, Saleh berpendapat sawit merupakan salah satu sektor industri yang dapat membantu Indonesia terbebas dari middle income trap alias naik kelas jadi negara maju.

"Salah satu untuk mencegah (Indonesia terjebak) middle income trap adalah dengan melakukan hilirisasi (sawit). Dari situ tentu kami sangat begitu yakin di kemudian hari (jadi negara maju)" terangnya.

Senada dengan itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan sektor industri merupakan salah satu pilar bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju dan terbebas dari middle income trap. Kemajuan di sektor industri ini dapat dilakukan melalui program hilirisasi yang sudah berlangsung selama beberapa tahun ke belakang.

"Dalam konteks upaya kita untuk melepaskan Indonesia dari middle income trap maka hilirisasi menjadi sangat penting dan relevan, khususnya di khususnya di sektor kelapa sawit, karena sektor kelapa sawit merupakan salah satu kekuatan utama kita, atau strength dari industri nasional," kata Agus.

Lebih lanjut, Agus mengatakan komoditas kelapa sawit sendiri merupakan salah satu bukti nyata dari kesuksesan program hilirisasi industri. Hal ini terlihat dari jumlah perkembangan produk hilir kelapa sawit dalam 10 tahun terakhir yang meningkat signifikan.

Di mana menurutnya sebelum hilirisasi industri, kelapa sawit hanya menghasilkan 45 jenis produk, kini menjadi lebih dari 200 jenis produk hilir kelapa sawit. Ini belum termasuk produk turunan sawit yang bisa diimplementasikan menjadi bahan bakar nabati (BBN) biofuel dan menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang mengimplementasikan B30 di dunia, dan akan ditingkatkan menjadi B40.

"Perkembangan jumlah jenis produk turunan yang dapat dihasilkan oleh industri kelapa sawit dalam negeri meningkat dari 48 jenis di tahun 2011 menjadi lebih dari 193 jenis di tahun 2023. Bahkan terakhir terdapat 200 jenis," kata Agus.

"Belum lagi bicara terkait upaya mengimplementasikan biofuel, hal tersebut tentunya meningkatkan kompleksitas produk nasional secara signifikan," tambahnya.

Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya pada 2023 kemarin mencapai sekitar Rp 450 triliun atau 11,6% dari total ekspor non migas. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada 2024 ini sehingga bukan hal yang tidak mungkin sektor ini dapat membantu Indonesia lepas dari middle income trap.

"Artinya, nilai ekonomi sektor sawit pada Triwulan II-2024 mencapai Rp 193 Triliun. Pada akhir tahun 2024 nanti, magnitude ekonomi basis kelapa sawit diperkirakan mencapai Rp 775 triliun per tahun," jelas Agus lagi.