
IDXChannel - Harga minyak mentah meningkat tajam pada Senin (18/11/2024), setelah ladang minyak Johan Sverdrup di Norwegia, ladang terbesar di Eropa Barat, menghentikan produksi akibat pemadaman listrik di daratan.
Gangguan tersebut memicu kekhawatiran atas ketatnya pasokan minyak mentah di pasar Laut Utara.

Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik signifikan hampir 3 persen, tepatnya 2,94 persen, ke level USD73,14 per barel.
Setali tiga uang, futures minyak WTI juga menguat, yakni sebesar 3,41 persen ke posisi USD69,24 per barel.

Mengutip Trading Economics, Senin (18/11), kenaikan harga juga didorong oleh eskalasi ketegangan dalam perang Rusia-Ukraina.
Rusia melancarkan serangan udara terbesar dalam tiga bulan terakhir yang merusak infrastruktur energi Ukraina secara signifikan.

Persetujuan Presiden Joe Biden atas penggunaan rudal jarak jauh buatan AS oleh Ukraina terhadap Rusia turut meningkatkan risiko konflik yang lebih besar, menambah premi risiko geopolitik di kawasan tersebut.
Dalam catatannya, dilansir dari Dow Jones Newswires, Senin (18/11), konsultan dan perusahaan riset pasar Ritterbusch menyebut, premi risiko Ukraina-Rusia serta pelemahan dolar AS menjadi pendorong utama kenaikan harga.
"Kenaikan harga tampak tidak seimbang dengan berita terbaru, tetapi dengan pasar berada di wilayah oversold, hanya dibutuhkan sedikit pemicu untuk menaikkan harga sekitar USD2,60 dari level terendah harian," kata analis Ritterbusch.
Namun, seperti dicatat MT Newswires, Senin (18/11), permintaan dari China sebagai pengimpor terbesar dunia terus melemah. Aktivitas kilang China turun 4,6 persen pada Oktober, sementara pertumbuhan output pabrik melambat, menambah kekhawatiran.
Pekan lalu, data ekonomi yang lemah dari China serta laporan International Energy Agency (IEA) yang memproyeksikan surplus pasokan minyak global pada 2025 menekan harga minyak hingga turun lebih dari 3 persen.
PVM Oil Associates mencatat, laporan bulanan OPEC bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak 2024 dari 580 ribu barel per hari menjadi 450 ribu barel per hari, mengakui tantangan ekonomi China.
Sementara itu, kata PVM, IEA memproyeksikan surplus produksi minyak global sebesar 1 juta barel per hari tahun depan akibat stagnasi ekonomi China.
Investor juga tetap waspada terhadap ketidakpastian kecepatan penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) AS, yang menambah volatilitas pasar global. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()