
IDXChannel – Harga minyak mentah ditutup melemah pada Rabu (20/11/2024), seiring ketegangan geopolitik tidak mampu menutupi lemahnya permintaan dan tingginya pasokan.
Minyak WTI untuk pengiriman Desember turun USD0,52 menjadi USD68,87 per barel.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Januari, yang menjadi acuan global, terkoreksi USD0,54 ke USD72,77 per barel.
Menurut laporan BBC, Rusia meningkatkan kekhawatiran global dengan mengubah kebijakan terkait penggunaan senjata nuklir. Langkah ini diambil setelah pemerintahan Biden mengizinkan Ukraina menggunakan misil untuk menyerang wilayah Rusia.

Kebijakan tersebut menganggap serangan dari negara non-nuklir yang didukung negara bersenjata nuklir sebagai serangan bersama. Usulan ini pertama kali diajukan oleh Presiden Vladimir Putin pada September dan disetujui pada Selasa.
Menurut PVM Oil Associates, “Pemimpin Rusia meningkatkan kecemasan global dengan merevisi doktrin senjata nuklir dan menurunkan ambang batas penggunaannya.”

“Putin disebut bersedia menyetujui gencatan senjata jika diinisiasi oleh Trump tanpa konsesi teritorial dan dengan syarat Ukraina tidak bergabung dengan NATO.”
Dalam survei mingguan, Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 0,5 juta barel pekan lalu, lebih rendah dari estimasi konsensus yang memperkirakan kenaikan 0,8 juta barel.
Angka ini juga jauh di bawah survei American Petroleum Institute (API) pada Selasa yang memperkirakan kenaikan sebesar 4,75 juta barel.
Namun, kenaikan ini tetap menunjukkan pasokan melimpah, didukung oleh lemahnya permintaan dari China serta meningkatnya produksi di Belahan Barat yang mengimbangi pengurangan kuota OPEC+.
"Harga minyak mentah terus diperdagangkan tanpa arah yang jelas, dengan pasokan global yang melimpah, permintaan yang lesu, serta ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina membuat harga tetap tertekan untuk saat ini,” kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Rabu (20/11).
Pandangan lainnya datang dari Senior Energy Trader di CIBC Private Wealth US, Rebecca Babin, yang menyebut, “pasar sedang mendaur ulang narasi sambil mencoba memahami dampak dari pemerintahan Trump."
Dia menjelaskan, risiko yang lebih tinggi di Ukraina diimbangi oleh situasi di Iran, data ekonomi yang lebih baik dari China bertemu dengan data AS yang lebih lemah.
“Ada tarik-menarik di pasar, tetapi bias jangka menengah tetap bearish, dan reli harga lebih mungkin dijual daripada dibeli. Tema utama adalah pasar terlihat kelebihan pasokan pada 2025, dan perlu upaya besar untuk mengubah situasi itu,” katanya. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()