
IDXChannel – Harga minyak mentah dunia terapresiasi selama sepekan lalu, mencapai level tertinggi sejak akhir November 2024, didorong oleh pasokan global yang semakin ketat dan meningkatnya permintaan bahan bakar.
Mengutip data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak mentah Brent naik 1,5 persen pada Jumat (13/12/2024) pekan lalu, ditutup di USD74,5 per barel, level tertinggi sejak 22 November. Sepanjang pekan lalu, harga minyak ini mencatat kenaikan 5 persen.

Setali tiga uang, futures minyak WTI terkerek 1,81 persen ke USD71,29 per barel. Dalam sepekan, WTI meningkat 6 persen.
Secara teknikal, menilik grafik harian, sejauh bertahan di atas level 74,5, Brent berpotensi menguji resistance horizontal terdekat di level psikologis 75 dan level Fibonacci 50 persen (USD75,72).

Sementara, apabila turun ke bawah 74,5, futures Brent berpeluang menjajal support 74, 73,5, dan level psikologis 72.
Kemudian, futures WTI berusaha mendekati resistance 72 dan area Fibonacci 50 persen (USD72,08). Level support terdekat berada di 70,79 dan 70.

Melansir dari Trading Economics, Jumat (13/12), kenaikan harga menjelang akhir pekan lalu didorong oleh ekspektasi sanksi baru terhadap Rusia dan Iran, proyeksi penurunan suku bunga di AS dan Eropa, serta langkah-langkah dukungan ekonomi dari China.
Uni Eropa memberlakukan sanksi tambahan terhadap armada tanker Rusia, sementara AS mempertimbangkan tindakan serupa.
Di China, impor minyak mentah pada November meningkat secara tahunan, mendorong Badan Energi Internasional (IEA) untuk menaikkan proyeksi permintaan minyak global.
Meski permintaan kredit di China melemah sehingga penyaluran pinjaman bank mengecewakan, IEA memperkirakan surplus minyak pada 2025, seiring peningkatan pasokan dari produsen non-OPEC+, termasuk Amerika Serikat (AS), Argentina, dan Brasil.
Baik Badan Informasi Energi AS (EIA) maupun IEA pekan ini memperkirakan produksi minyak akan melampaui permintaan pada 2025, berkat peningkatan output di Amerika Utara dan Selatan, meski OPEC+ terus membatasi produksi.
Ancaman kelebihan pasokan ini diimbangi oleh kekhawatiran geopolitik, termasuk potensi kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS.
Kebijakan tarif impor yang pernah ia usulkan dapat mengganggu perdagangan global. Kekerasan di Timur Tengah dan perang Rusia di Ukraina juga menambah premi risiko di pasar minyak.
Pemerintahan Biden yang akan berakhir dan Uni Eropa kini memberlakukan sanksi tambahan terhadap ekspor minyak Rusia, menargetkan armada tanker 'bayangan' yang mengangkut minyak negara tersebut meskipun ada sanksi yang berlaku.
“Upaya terbaru untuk membatasi Rusia dan pembeli setianya ini memunculkan dua pertanyaan penting. Apakah sanksi ini dapat diberlakukan secara efektif untuk mengurangi pasokan minyak yang tersedia?” kata PVM Oil Associates.
“Selain itu, apakah sanksi tersebut akan tetap berlaku setelah 20 Januari, mengingat janji Donald Trump untuk mengakhiri perang Ukraina dalam 24 jam?”
Sementara itu, Federal Reserve (The Fed) AS diperkirakan memangkas suku bunga pada rapat 17-18 Desember atau Selasa-Rabu pekan ini, dengan pemotongan tambahan diproyeksikan berlangsung hingga 2025. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()