
IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali melemah pada perdagangan terakhir 2024, Selasa (31/12/2024), menandai penurunan dua hari beruntun di tengah perdagangan minim transaksi menjelang libur akhir tahun.
Menurut data pasar, hingga pukul 14.34 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives melemah 1,63 persen ke bawah MYR4.477 per ton.

Mengutip Trading Economics, Selasa (31/12), ekspor lemah sepanjang Desember terus membebani sentimen pasar. Survei kargo menunjukkan pengiriman Malaysia turun 1,1 persen hingga 4 persen pada 1-25 Desember dibandingkan periode yang sama di November.
Kontrak tersebut diperkirakan mencatat penurunan sekitar 10 persen selama Desember, membalikkan keuntungan dari bulan-bulan sebelumnya.

Penurunan ini terjadi karena beberapa trader mengamankan keuntungan setelah harga mencapai level tertinggi lebih dari dua tahun di MYR5.200 pada November.
Meski demikian, harga minyak kelapa sawit diperkirakan melonjak sekitar 21 persen sepanjang 2024, mengakhiri tren penurunan dua tahun berturut-turut.

Kenaikan ini didukung oleh permintaan global yang menguat dan produksi yang terbatas di negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia.
Produksi tetap terkendala oleh usia perkebunan yang tua, cuaca yang tidak menentu, dan terbatasnya ekspansi ke area perkebunan baru, sehingga pasokan tetap ketat.
Pasar akan tutup pada Rabu (1/1/2025) untuk merayakan libur Tahun Baru.
Proyeksi 2025
Harga CPO diproyeksikan tetap tinggi pada 2025, didorong berbagai faktor fundamental. Produksi yang rendah di Indonesia, kebijakan biodiesel B40, dan terbatasnya pasokan minyak bunga matahari serta rapeseed menjadi pendorong utama.
RHB Sekuritas memperkirakan harga CPO mencapai MYR4.300 per ton pada 2025, dengan rasio stok/penggunaan minyak nabati global diprediksi turun ke level terendah 15 tahun. OCBC Sekuritas juga optimistis, menyebut kebijakan B40 akan menjaga permintaan dan harga tetap tinggi.
Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) memproyeksikan harga di rentang MYR4.000–4.800 per ton, didukung stagnasi produksi di Indonesia dan Malaysia.
MARC Ratings mencatat banjir di Malaysia dan ekspor terbatas dari Indonesia turut mendukung harga, yang diprediksi rata-rata MYR4.600 per ton pada 2025.
Selain itu, konflik Rusia-Ukraina yang mengganggu pasokan minyak bunga matahari serta meningkatnya permintaan biodiesel memperkuat tren positif harga CPO.
Namun, dampak cuaca buruk baru akan membaik pada paruh kedua 2025, dengan produksi diperkirakan normal kembali pada 2026. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ thể hiện quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho bất kỳ quan điểm hoặc vị trí nào của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của nó, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm pháp lý nào trừ khi được cam kết bằng văn bản.
Trang web cộng đồng giao dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()