Mengintip Sederet Saham yang Berpeluang Masuk MSCI

IDXChannel - Verdhana Sekuritas mengungkapkan kemungkinan perubahan daftar saham Indonesia dalam indeks MSCI pada pembaruan Februari mendatang.

Beberapa saham menunjukkan peluang untuk masuk ke dalam indeks MSCI. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik Prajogo Pangestu, misalnya, hingga sesi I, Jumat (10/2025), diperdagangkan di harga Rp10.375 per saham.

Baca Juga:

Nvidia Kritik Keras Rencana Presiden AS Joe Biden Batasi Ekspor Chip

Menurut Verdhana, saham BREN, dengan free float 3 persen, membutuhkan kenaikan harga hingga di atas Rp11.100 agar memenuhi syarat untuk masuk indeks.

Hal serupa terjadi pada emiten Prajogo lainnya PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), yang perlu melampaui harga Rp14.700 dari posisi saat ini di Rp13.500.

Baca Juga:

BRI (BBRI) Apresiasi Keberhasilan Pegadaian Mendapat Izin Usaha Bullion dari OJK

Selain itu, emiten tambang emas Grup Salim dan Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dengan harga saat ini Rp420, perlu mencapai level di atas Rp485 agar bisa bergabung dalam daftar saham MSCI. Ini mengingat free float BRMS 35 persen.

Namun, beberapa saham lainnya terancam dikeluarkan dari indeks.

Baca Juga:

Mandiri Sekuritas Berminat Jadi Penyelenggara Short Selling di BEI

Verdhana menilai, emiten consumer goods PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hampir pasti keluar karena harganya yang berada di Rp1.695, jauh di bawah ambang batas Rp2.220. Potensi aliran dana keluar untuk saham ini diperkirakan mencapai USD52 juta.

Risiko serupa juga membayangi emiten kertas dan pulp PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), yang saat ini berada di Rp6.375 dan perlu menembus Rp7.450 agar tetap bertahan dalam indeks.

Apabila terjadi, estimasi potensi outflow di INKP hingga USD74 juta.

Sementara itu, emiten tambang emas dan tembaga PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menghadapi kemungkinan keluar jika tidak mampu naik dari harga saat ini di Rp1.405 ke atas Rp1.600, dengan estimasi outflow hingga USD75,6 juta.

Indeks MSCI, atau Morgan Stanley Capital International, kerap menjadi salah satu acuan yang digunakan investor global untuk menentukan alokasi portofolio mereka di pasar saham.

Perubahan komposisi dalam indeks ini kerap memengaruhi aliran dana asing secara signifikan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.