
IDXChannel -Investor pasar modal Amerika Serikat (AS) bersiap menyambut data inflasi pada pekan depan. Data tersebut menjadi sentimen utama dalam menguji pergerakan tiga indeks Wall Street.
Sebelumnya, indikator bursa saham AS berakhir lesu dengan Dow Jones Industrial Average turun 1,63 persen ke level 41.938,45, S&P 500 merosot 1,54 persen ke 5.827,00, dan Nasdaq Composite anjlok 1,63 persen ke posisi 19.161,63

Secara historis sejak awal 2025, pasar saham AS masih menunjukkan performa yang tidak stabil. S&P 500 (.SPX) turun sekitar 1 persen sejak pembukaan perdagangan tahun ini.
Kekhawatiran atas kebangkitan inflasi menjadi salah satu risiko utama setelah Federal Reserve mengurangi proyeksi penurunan suku bunga. Ini berlangsung karena proyeksi terhadap inflasi yang akan meningkat lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Semua mata kini tertuju pada laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) yang bakal dirilis pada 15 Januari mendatang. Data ini menjadi salah satu ukuran inflasi yang paling diperhatikan.
Melansir Investing, Minggu (12/1/2025), jajak pendapat analis memperkirakan inflasi CPI akan naik 0,3 persen secara bulanan (MoM).

Apabila menunjukkan percepatan, hal ini akan sangat mengkhawatirkan bursa saham. Saat ini, setiap rilis data inflasi menjadi momen yang membuat investor waspada.
Kekhawatiran ini diperkuat oleh proyeksi Federal Reserve (The Fed) bahwa inflasi tahunan pada 2025 akan mencapai 2,5 persen, di atas target bank sentral sebesar 2 persen.
Kendati tren penurunan Fed Fund Rate (FFR) telah dimulai pada September 2024 dengan keyakinan inflasi telah mereda, potensi kenaikan harga barang dan jasa masih mengaburkan prospek kebijakan moneter di masa depan.
Investor juga masih meraba dampak kenaikan tenaga kerja Non-Farm Payrolls (NFP) untuk Desember yang dirilis pekan lalu.
Pemerintah AS mencatat pertumbuhan 256.000 pekerjaan baru, yang notabene jauh di atas perkiraan konsensus sebesar 160.000 pekerjaan. Adapun tingkat pengangguran berada di level 4,1 persen.
Risalah pertemuan terakhir The Fed pekan lalu juga menunjukkan adanya kekhawatiran para pejabat bank sentral terhadap kebijakan perdagangan dan imigrasi pemerintahan Donald Trump.
Itu lantaran inflasi berpeluang meningkat di era Trump, sehingga dapat memperpanjang upaya mereka untuk menahan laju harga.
Dengan prospek inflasi yang masih tinggi, The Fed diperkirakan menghentikan siklus pemotongan suku bunga pada pertemuan berikutnya di akhir Januari.
Apabila inflasi lebih kuat dari perkiraan, maka sekaligus dapat memperpanjang langkah Fed dalam menunda kebijakan pelonggaran lebih lanjut hingga akhir tahun.
(Febrina Ratna)
作者:12/01/2025 08:00 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.asia
加载失败()