
IDXChannel - Harga minyak mentah Brent turun 0,6 persen menjadi USD80,79 per barel, sedangkan WTI turun 1 persen menjadi USD77,89 per barel pada Jumat (17/1/2025) pekan lalu.
Koreksi harga tersebut terdorong ekspektasi kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang diperkirakan mengurangi serangan terhadap kapal oleh milisi Houthi di Yaman.

Meskipun mengalami penurunan, harga minyak mencatat kenaikan mingguan keempat berturut-turut, naik sekitar 2 persen, terutama karena kekhawatiran terhadap sanksi baru Amerika Serikat (AS) yang menargetkan produsen minyak dan tanker Rusia, yang memicu kekhawatiran pasokan minyak global akan semakin ketat.
Analis menyoroti bahwa kekhawatiran ini, ditambah dengan ekspektasi pemotongan suku bunga AS seiring meredanya inflasi, memberikan dukungan kuat pada pasar minyak.

Penurunan stok minyak AS dan permintaan yang lebih tinggi akibat musim dingin yang ekstrem di belahan bumi utara juga turut mendukung harga.
Namun, risiko geopolitik mereda setelah Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam konflik di Gaza, yang menurunkan ketegangan di kawasan tersebut.

Meski begitu, belum pasti apakah kesepakatan ini akan meyakinkan milisi Houthi untuk menghentikan serangan terhadap pelayaran di Laut Merah.
"Perdana Menteri Israel mendapat tekanan domestik dari kelompok sayap kanan untuk menolak kesepakatan tersebut hingga Hamas benar-benar dihancurkan. Tanpa dukungan mereka, Benjamin Netanyahu hanya akan memimpin pemerintahan minoritas," kata PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Jumat (17/1).
"Dan meskipun gencatan senjata berlangsung, pemberontak Houthi adalah benteng terakhir proksi Iran yang akan menjadi target Israel, sehingga ketenangan yang berkepanjangan di jalur perdagangan penting ini tampaknya diragukan," ujarnya.
Investor juga memantau potensi perubahan kebijakan di bawah kepemimpinan Donald Trump, termasuk kemungkinan sanksi lebih ketat terhadap minyak Rusia.
Menurut catatan Commerzbank, pasar komoditas tengah mencermati pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS, dengan beberapa kebijakan awalnya diperkirakan sudah diperhitungkan.
Langkah seperti pencabutan moratorium ekspor gas alam cair dan larangan pengeboran di lahan federal diperkirakan tak berdampak besar dalam jangka pendek. Fokus utama pasar minyak adalah sikap Trump terhadap sanksi terhadap Rusia dan Iran.
Sanksi terbaru terhadap Rusia telah mendorong kenaikan harga minyak Brent, sementara China dan India mencari pemasok alternatif. Sanksi terhadap armada bayangan Iran yang diterapkan pada Desember 2024 juga mengancam ekspor 500.000 barel per hari.
Jika Trump memperketat sanksi Iran, harga minyak berpotensi melonjak lebih tinggi. Namun, Commerzbank memprediksi Trump akan menggunakan sanksi tersebut sebagai alat negosiasi dengan Rusia untuk menghindari lonjakan harga minyak.
"Pesan jelas dari calon Menteri Keuangan Trump, Scott Bessent, pekan ini—bahwa ia siap menggunakan sanksi secara agresif terhadap sektor minyak Rusia untuk membawa Rusia ke meja perundingan—menunjukkan bahwa kebijakan AS tidak akan berubah dalam waktu dekat," kata analis Capital Economics, Kieran Tompkins.
Selain itu, pemulihan ekonomi China dan prospek peningkatan permintaan turut memperkuat sentimen pasar.
Amatan Teknikal
Harga minyak mentah Brent diperdagangkan di level USD80,79 pada penutupan pekan lalu. Namun, para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka pada area resistance penting di USD81,44-USD82, yang kemungkinan besar akan menentukan arah pergerakan harga dalam pekan ini (20-24 Januari 2025).
Setelah mengalami reli signifikan sejak Desember 2024 dari level support kuat di sekitar USD70, harga Brent kini memasuki fase konsolidasi.
Grafik teknikal menunjukkan, harga telah membentuk pola Break of Structure (BOS), mengindikasikan potensi pergerakan bullish lebih lanjut. Namun, kegagalan harga untuk menembus zona resistance di USD81.44-USD82 pekan lalu memunculkan keraguan terhadap keberlanjutan tren naik.
Zona ini menjadi perhatian utama karena terdapat likuiditas signifikan, yang sering kali menjadi target pergerakan besar oleh institusi pasar.
Singkatnya, pergerakan harga minyak Brent pekan ini akan sangat bergantung pada kemampuan harga untuk menembus level USD81,44-USD82.
Jika breakout terjadi, peluang menuju USD83,50-USD85,00 terbuka lebar. Namun, kegagalan untuk menembus zona ini akan membawa harga kembali menguji support di USD80,00, bahkan hingga USD78,00. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()