
IDXChannel - Harga minyak mentah turun untuk hari keempat berturut-turut pada Kamis (6/2/2025), tertekan oleh kenaikan stok minyak Amerika Serikat (AS) yang membatasi optimisme setelah Arab Saudi menaikkan harga jual resmi untuk pembeli di Asia.
Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak Brent melemah 0,56 persen ke USD74,27 per barel, sedangkan WTI merosot 0,91 persen menjadi USD70,55 per barel.

Melansir dari MT Newswires, Arab Saudi menaikkan harga jual resminya sebesar USD2,40 menjadi USD3,90 di atas patokan Argus Sour Crude Index untuk pengiriman Maret, serta menetapkan harga USD3,25 per barel di atas Brent.
Kenaikan ini mengindikasikan keyakinan Riyadh bahwa permintaan minyak bulan depan akan tetap kuat.

Namun, optimisme tersebut diimbangi oleh peningkatan stok minyak AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu melaporkan persediaan minyak komersial naik 8,7 juta barel pekan lalu, sekitar lima juta barel di atas perkiraan konsensus.
Ketidakpastian geopolitik juga turut menekan harga. Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengganggu arus perdagangan global dengan mengenakan tarif pada impor dari China.

Trump juga berencana menerapkan kebijakan serupa terhadap Kanada dan Meksiko—dua mitra dagang utama AS. Selain itu, pemerintahan Trump memperketat sanksi terhadap Iran dan menyatakan dua juta warga Palestina harus meninggalkan Gaza yang dilanda perang.
"Dalam dunia Trump yang penuh ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, lonjakan harga akan menjadi ciri khas 2025 dan mungkin seterusnya. Namun, penguatan harga yang berkepanjangan sulit terjadi karena dapat merugikan popularitas Presiden, yang berjanji selalu mendahulukan kepentingan rakyatnya," kata PVM Oil Associates.
Ekonom Citi menilai kemungkinan harga Brent berada di kisaran USD60-65 per barel pada semester kedua semakin kuat. Pasokan dari negara di luar OPEC diperkirakan melampaui pertumbuhan permintaan global yang lemah pada kuartal II-IV 2025.
Hal itu bisa menyebabkan pasar minyak mengalami surplus, bahkan jika OPEC memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi sepanjang tahun ini dan sekitar 200.000-300.000 barel minyak Iran tetap tidak tersedia di pasar.
"Kami tetap berpendapat bahwa Trump pada akhirnya bisa menjadi faktor bearish bagi pasar minyak," kata Citi, dikutip Dow Jones Newswires.
Trump menginginkan harga energi lebih rendah untuk mengatasi inflasi di AS. "Upaya deregulasi energi yang didorong Trump kemungkinan dilengkapi dengan stimulus belanja modal di sektor minyak AS, terutama setelah Chris Wright dikonfirmasi sebagai Menteri Energi," ujar Citi.
Citi itu memperkirakan setiap tambahan satu juta barel produksi minyak membutuhkan subsidi sebesar USD3,5 miliar-USD5 miliar. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()