Bursa Asia Kompak Turun di Tengah Pembatasan Investasi AS ke China

IDXChannel – Bursa saham Asia melemah pada Selasa (25/2/2025) di tengah kekhawatiran pembatasan investasi Amerika Serikat (AS) terhadap China.

Sementara, reli pasar Eropa mereda karena investor menunggu kepastian terkait pembentukan pemerintahan baru Jerman tanpa kejutan besar.

Baca Juga:

BCA Syariah Lirik Bisnis Bullion Bank, Masih dalam Kajian

Investor juga berhati-hati menjelang laporan keuangan Nvidia, yang diperkirakan memicu pergerakan harga saham sekitar 8 persen ke salah satu arah jika hasilnya mengejutkan.

Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang turun 1,3 persen. Nikkei Jepang melemah 1,01 persen setelah libur nasional. Topix Jepang juga terkoreksi 0,33 persen.

Baca Juga:

Apple Umumkan Investasi Rp8.100 Triliun di Amerika Serikat

Demikian pula, Shanghai Composite merosot 0,39 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong terdepresiasi 1,06 persen, melanjutkan pelemahan dari Senin setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah pembatasan investasi China di sektor strategis seperti chip, kecerdasan buatan (AI), dan dirgantara.

Baca Juga:

Dibayangi Sentimen Eksternal, Danantara Belum Mampu Angkat IHSG dan Rupiah

Alibaba, yang sebelumnya mendorong Hang Seng ke level tertinggi tiga tahun, anjlok 7,8 persen setelah sahamnya di AS merosot 10 persen semalam—penurunan harian terbesar dalam lebih dari dua tahun.

Bank of Korea memangkas suku bunga sebesar seperempat poin seperti yang diperkirakan, membantu indeks KOSPI memangkas sebagian kerugiannya.

"Yang penting adalah bagaimana reaksi pedagang China dan Asia setelah pelemahan awal, serta apakah ada tekanan jual lanjutan yang menandakan momentum pelemahan semakin kuat," kata Kepala Riset Pepperstone, Chris Weston.

"Dari sisi risiko peristiwa, tidak banyak data yang berpotensi mengganggu perdagangan harian di Asia, sehingga pergerakan lintas aset akan bergantung pada aliran portofolio sebagai respons terhadap kebijakan Trump dan kinerja saham AI China."

Sentimen juga terbebani oleh pernyataan Trump bahwa tarif impor yang direncanakan terhadap Meksiko dan Kanada masih akan diberlakukan pekan depan, meskipun investor berharap negosiasi bisa mencegah ancaman tersebut.

Di Wall Street, saham teknologi melemah. Namun, Apple bergerak berlawanan dengan mengumumkan investasi USD500 miliar di AS dalam empat tahun ke depan serta menambah sekitar 20.000 pekerjaan di bidang riset dan pengembangan.

Penurunan saham secara luas meningkatkan taruhan terhadap laporan keuangan Nvidia pada Rabu.

Investor akan mencermati pertumbuhan pendapatan serta menilai apakah belanja besar-besaran pada teknologi masih layak setelah kehadiran DeepSeek dari China mengguncang industri.

Futures Nasdaq dan S&P 500 bergerak mendatar di Asia.

Serangkaian data ekonomi AS yang lemah dalam beberapa hari terakhir—termasuk penjualan ritel, kepercayaan konsumen, serta survei sektor manufaktur dan jasa—telah mengikis kepercayaan pasar terhadap ketahanan ekonomi AS, sehingga mengurangi daya tarik dolar.

Ditambah dengan kebijakan tarif Trump dan ketidakpastian terkait gelombang pemutusan hubungan kerja di pemerintahan federal, investor kini melihat The Fed akan memangkas suku bunga sebesar total 50 basis poin tahun ini, naik dari proyeksi 40 basis poin pekan lalu.

Obligasi menguat, dengan imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun ke level terendah dua bulan di 4,377 persen di Asia. Imbal hasil obligasi dua tahun juga menyentuh 4,156 persen, terendah sejak awal Desember, didukung oleh permintaan kuat dalam lelang semalam. (Aldo Fernando)