Proyeksi Harga Minyak Pekan Ini, Masih Dibayangi Sentimen Bearish

avatar
· Lượt xem 40
Proyeksi Harga Minyak Pekan Ini, Masih Dibayangi Sentimen Bearish
Proyeksi Harga Minyak Pekan Ini, Masih Dibayangi Sentimen Bearish. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah berusaha pulih pada Jumat (7/3/2025) pekan lalu setelah aksi jual tajam, tetapi tekanan pasokan dan ketidakpastian geopolitik membuat pasar tetap dalam bayang-bayang bearish.

Kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent sempat menguat setelah menyentuh level terendah dalam beberapa tahun, tetapi level resistance di USD70 per barel masih bertahan kuat.

Baca Juga:
Proyeksi Harga Minyak Pekan Ini, Masih Dibayangi Sentimen Bearish Sepekan Terkunci, Saham BESS Dibuka di Papan FCA Hari Ini 

Mengutip FX Empire, Sabtu (8/3/2025), sentimen pasar cenderung hati-hati karena pelaku pasar mempertimbangkan peningkatan produksi OPEC+, sengketa tarif AS, dan potensi sanksi terhadap minyak Rusia.

Sepanjang pekan lalu, kontrak berjangka minyak mentah light crude (WTI) ditutup di USD67,04 per barel, turun USD2,72 atau 3,90 persen.

Baca Juga:
Proyeksi Harga Minyak Pekan Ini, Masih Dibayangi Sentimen Bearish Vietnam Buka Opsi Bangun Pabrik Semikonduktor di Indonesia

Tekanan Pasokan OPEC+ Masih Membayangi Pasar

OPEC+ mengonfirmasi rencana peningkatan produksi sebesar 138.000 barel per hari pada April, menandai kenaikan pertama sejak 2022.

Baca Juga:
Proyeksi Harga Minyak Pekan Ini, Masih Dibayangi Sentimen Bearish IHSG Menguji Level 6.700, Cermati Saham SMRA-INCO

Meski jumlahnya relatif kecil, pasar khawatir langkah ini bisa menjadi sinyal peningkatan produksi lebih lanjut di bulan-bulan mendatang.

Kenaikan pasokan ini menambah beban pada lingkungan permintaan yang masih lemah, membatasi potensi kenaikan harga minyak.

Di sisi lain, rantai pasokan global tengah menyesuaikan diri dengan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang terus berubah. Pemerintahan Trump mempertimbangkan inspeksi di laut terhadap kapal tanker minyak Iran, yang berpotensi mengganggu ekspor minyak Tehran.

Meski kebijakan ini bisa memperketat pasokan global, belum jelas apakah dampaknya cukup untuk menyeimbangkan tekanan akibat kenaikan produksi OPEC+.

Perang Dagang AS-China Bisa Pengaruhi Permintaan Minyak

Sengketa alias perang dagang tetap menjadi faktor utama yang membayangi permintaan minyak mentah.

AS baru-baru ini mengenakan tarif baru pada produk dari Kanada, Meksiko, dan China, yang memicu respons balasan dari Beijing.

Meski tarif ini tidak langsung menyasar minyak mentah, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global bisa menekan permintaan energi.

Namun, China memberi sinyal kemungkinan stimulus ekonomi untuk mengimbangi perlambatan. Jika kebijakan ini diterapkan, permintaan minyak bisa lebih stabil, memberikan sedikit penyangga terhadap dampak negatif sengketa dagang.

Stok Minyak AS dan SPR Menambah Volatilitas Pasar

Data terbaru dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS secara mengejutkan naik sebesar 3,6 juta barel, memperkuat kekhawatiran lemahnya permintaan.

Pemeliharaan kilang musiman turut berkontribusi pada lonjakan stok, dengan tingkat pemanfaatan kilang turun menjadi 85,9 persen.

itu, stok bensin dan distilat mengalami penurunan, menandakan masih adanya permintaan terhadap produk olahan minyak.

Di sisi lain, cadangan minyak strategis AS (SPR) masih berada di level historis terendah setelah penarikan besar-besaran oleh pemerintahan sebelumnya.

Menteri Energi AS Chris Wright memperkirakan diperlukan USD20 miliar dan beberapa tahun untuk mengisi kembali SPR ke kapasitas maksimum, menambah ketidakpastian jangka panjang dalam pasokan.

Prospek Pasar: Bisa Bearish, tetapi Waspadai Guncangan Pasokan

Meskipun sempat rebound pada Jumat pekan lalu, harga minyak mentah masih dalam tekanan. Peningkatan produksi OPEC+, kenaikan stok minyak AS, dan ketidakpastian permintaan akibat sengketa dagang terus menekan harga.

Tanpa pemicu yang signifikan, pergerakan harga kemungkinan tetap terbatas dengan area resistance di sekitar rata-rata pergerakan 52 pekan (52-week) di USD71,24 per barel.

Namun, pasar tetap sensitif terhadap perkembangan geopolitik. Gangguan pasokan mendadak—seperti eskalasi konflik Rusia-Ukraina, perubahan kebijakan OPEC+ yang tidak terduga, atau sanksi baru AS terhadap produsen utama—bisa memicu lonjakan harga yang tajam.

Untuk saat ini, sentimen bearish masih mendominasi, sementara pelaku pasar terus mencermati perkembangan makroekonomi dan geopolitik. (Aldo Fernando)

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Ủng hộ nếu bạn thích
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest