
IDXChannel – Empat saham bank besar melemah signifikan pada Jumat (21/3/2025) pagi, menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun lebih dari 1 persen.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.50 WIB, IHSG terkoreksi 1,08 persen ke level 6.312. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp4,93 triliun dengan volume perdagangan mencapai 4,3 miliar saham.

Secara keseluruhan, 417 saham turun, 113 saham menguat, dan 429 lainnya stagnan.
Tekanan terbesar datang dari saham perbankan. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) anjlok 3,92 persen ke Rp3.910 per unit, disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang turun 3,03 persen.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melemah 1,64 persen menjadi Rp3.650 per unit. Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta milik Grup Djarum, tergerus 3,28 persen.
Selain bank kakap, sejumlah saham konglomerat raksasa juga menjadi pemberat (laggard). Sebut saja, emiten properti milik Aguan dan Grup Salim PANI anjlk 3,96 persen dan emiten otomotif Grup Astra ASII yang terdepresiasi 1,06 persen.

Saham-saham perbankan yang biasanya menjadi pendorong IHSG, bersama saham milik konglomerat, belakangan ini berada di bawah tekanan. Aksi jual investor asing serta sejumlah sentimen negatif turut memperberat pelemahan di sektor ini.
CGS International dalam riset tertanggal 14 Maret 2025 mencatat kepemilikan asing di bank-bank besar Indonesia terus menurun dalam beberapa bulan terakhir akibat ketidakpastian makro dan kebijakan pemerintah.
Penurunan terbesar terjadi pada saham BMRI pada Februari 2025, mengikuti tren serupa di bank lain sebelumnya.
Dari sisi valuasi, bank-bank BUMN saat ini diperdagangkan pada 1,4 kali P/BV dan 8 kali P/E untuk proyeksi 2025, sementara valuasi BBCA turun ke 3,8 kali P/BV dan 18,4 kali P/E.
CGS International menilai koreksi harga saham sudah memperhitungkan revisi turun EPS 2025, sehingga tetap mempertahankan peringkat overweight untuk sektor perbankan.
Meski demikian, katalis jangka pendek baru diperkirakan muncul setelah kuartal I-2025. Faktor yang perlu diperhatikan termasuk potensi perombakan manajemen bank BUMN dalam RUPS akhir Maret dan kejelasan program pembangunan 3 juta rumah serta koperasi desa.
BRIS dan BBCA menjadi pilihan utama CGS International, karena diproyeksikan mempertahankan pertumbuhan EPS yang solid.
Sementara di segmen bank BUMN, BBNI dinilai sebagai penerima manfaat terbesar dari potensi peningkatan likuiditas dana pihak ketiga.
Risiko utama yang dapat menekan sektor ini adalah ketidakpastian makro dan politik, serta memburuknya kualitas kredit dan margin bunga bersih (net interest margin).
Namun, peluang peningkatan likuiditas dana pihak ketiga (DPK) dan NIM yang lebih baik dari perkiraan dapat menjadi faktor pendukung.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mempertahankan kebijakan moneternya pada Rabu, di tengah gejolak pasar yang mendorong investor menarik dana dari saham dan melepas obligasi imbal hasil tinggi Indonesia. Tekanan ini dipicu kekhawatiran terhadap kondisi fiskal serta lemahnya permintaan domestik.
Di sisi lain, pada Kamis (20/3/2025), DPR RI mengesahkan revisi Undang-Undang (UU) TNI yang kontroversial, membuka lebih banyak peluang bagi perwira militer untuk mengisi jabatan sipil.
“Di tengah ketidakpastian kebijakan makro dan politik yang tinggi, risiko arus keluar dari pasar saham tetap terlihat, baik dari investor asing maupun domestik,” demikian mengutip analis Citi dalam risetnya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()