Pasardana.id – Emiten bidang pelayaran, PT Wintermar Offshore Marine Tbk (IDX: WINS) menyampaikan kinerja full year 2024 (FY2024) yang berakhir 31 Desember 2024.
Melansir siaran pers perseroan, Senin (24/3), Pek Swan Layanto, CFA selaku Investor Relations menyampaikan, Laba Operasi Wintermar melonjak 101,5% YoY menjadi US$17,8 juta didukung oleh peningkatan Total Pendapatan sebesar 13,5% YoY menjadi US$82,4 juta, yang berasal dari tarif sewa yang lebih tinggi dan kombinasi armada kapal DP (Dynamic Positioning) yang lebih baik.
Divisi Kapal Milik
Pendapatan Divisi Kapal Milik meningkat sebesar 28,9% YOY menjadi US$62,1 juta pada FY2024 dari US$48,2 juta pada FY2023.
Hal ini diakibatkan oleh lebih banyaknya jumlah kapal DP dalam armada yang telah mendorong naiknya tarif sewa rata-rata untuk tahun 2024 sebesar 26% dibandingkan dengan tarif sewa rata-rata di tahun 2023.
Faktor-faktor ini berkontribusi terhadap lonjakan 106,2% YOY Laba Kotor dari Divisi Kapal Milik menjadi US$22,4 juta pada FY2024 meski dengan utilisasi kapal sedikit lebih rendah pada tahun 2024 yakni sebesar 66%, dari sebelumnya 68% di tahun 2023.
Margin bruto Divisi Kapal Milik meningkat menjadi 36,1% pada FY2024 dibandingkan dengan 22,6% pada FY2023, yang mencerminkan peningkatan yang besar dalam tarif sewa serta lebih baiknya eksposur armada terhadap segmen DP.
Kapal AHTS 5150BHP hingga 8000BHP serta kapal PSV Perusahaan mengalami peningkatan tarif sewa yang lebih tinggi dibandingkan tipe kapal lainnya dalam armada akibat meningkatnya permintaan untuk proyek pengeboran air laut dalam, yang memerlukan kemampuan DP.
Utilisasi kapal turun pada 4Q2024 menjadi 63% dibandingkan dengan 67% pada 3Q2024. Telah diselesaikannya kontrak spot oleh beberapa kapal saat musim hujan di Brunei turut mempengaruhi utilisasi.
Kapal-kapal ini menjalani pemeliharaan dan akan mulai beroperasi lagi pada pertengahan 1Q2025.
Kapal PSV tambahan yang dibeli Perusahaan pada bulan Oktober 2024 belum mulai operasi hingga bulan Januari 2025.
Divisi Chartering dan Layanan Lainnya
Laba Kotor dari Divisi Chartering naik sebesar 28,7% YOY menjadi US$1,4 juta, meskipun pendapatan sedikit lebih rendah di angka US$13,7 juta, yang mencerminkan peningkatan margin.
Laba Kotor dari Layanan Lainnya mencatat penurunan sebesar 16,7% YOY menjadi US$2,6 juta setelah penyelesaian sebuah kontrak.
Total Pendapatan pada FY2024 naik sebesar 13,5% YOY menjadi US$82,4 juta dengan Total Laba Kotor sebesar US$26,4 juta (+75,5% YOY) pada FY2024 dibandingkan dengan Total Pendapatan sebesar US$72,6 juta dan Total Laba Kotor sebesar US$15,0 juta pada FY2023.
Biaya Langsung dan Laba Kotor
Beban Langsung Kapal Milik naik sebesar 6,4% YOY menjadi US$39,7 juta, sebagian besar berasal dari biaya pemeliharaan yang lebih tinggi, yang naik sebesar US$7,5 juta (+21,8% YOY), dan biaya awak kapal yang juga lebih tinggi di angka US$10,3 juta (+10,5% YOY).
Biaya pemeliharaan kapal dan biaya awak kapal yang lebih tinggi ini sejalan dengan pengoperasian armada kapal bernilai tinggi dan lebih besarnya proporsi operasi di luar Indonesia.
Biaya penyusutan naik sebesar 5,4% YOY menjadi US$13,4 juta seiring dengan meningkatnya jumlah kapal yang beroperasi.
Biaya bunker naik sebesar 7,2% YOY menjadi US$3,3 juta akibat harga bahan bakar yang lebih tinggi dan lebih banyaknya kapal yang dimobilisasi masuk dan keluar dari Indonesia.
Biaya Tidak Langsung dan Laba Operasional
Biaya Tidak Langsung naik sebesar 38,5% YOY menjadi US$8.6juta, dimana Gaji Karyawan berkontribusi US$1 juta terhadap kenaikan tersebut, yang mencerminkan fokus pada penguatan tim operasi, teknis dan IT untuk mengelola armada bernilai lebih tinggi, serta pembayaran bonus karyawan sejalan dengan kinerja operasional yang kuat.
Seiring lebih seringnya Perusahaan saat ini berpartisipasi dalam tender internasional, telah terjadi peningkatan biaya pemasaran sebesar 164,8% YOY menjadi US$0,66 juta.
Margin Operasinal melonjak menjadi 21,6% pada FY2024 dibandingkan dengan 12,2% pada tahun 2023, karena Laba Operasional telah berlipat ganda menjadi US$17,8 juta pada FY2024, yang mencerminkan dampak dari gearing operasional pada profitabilitas Perusahaan saat tarif sewa mulai meningkat.
Pendapatan Lain, Beban, dan Laba yang Dapat Diatribusikan
Beban Bunga dan beban keuangan turun sebesar 4,2% YOY menjadi US$1,2 juta sementara pendapatan bunga naik sebesar 582%YOY menjadi US$0,46 juta, karena Perusahaan terus mengakumulasi arus kas dan melunasi utang.
Laba entitas asosiasi melonjak menjadi US$2,4 juta untuk FY2024 dari US$0,55 juta pada FY2023, dengan kontribusi yang besar dari perusahaan asosiasi dengan operasi kapal OSV yang juga diuntungkan dari peningkatan industri yang kuat.
Penjualan aset tetap memberikan kontribusi keuntungan satu kali sebesar US$16,1 juta, sebagian besar berasal dari penjualan PSV lama pada paruh pertama tahun 2024.
Karena penguatan USD, Perusahaan mencatat kerugian valas sebesar US$0,47 juta terutama dari denominasi penerimaan pendapatan dalam mata uang Rupiah.
Kepentingan non pengendali meningkat secara signifikan sebesar US$9,8 juta dibandingkan dengan kerugian kecil sebesar US$0,04 juta pada FY2023.
Kontributor terbesar atas peningkatan ini adalah berasal dari pendapatan atas penjualan aset tetap serta penguatan pendapatan bisnis PSV yang 51% dikendalikan oleh Wintermar.
Laba Bersih yang Dapat Diatribusikan kepada pemegang saham untuk FY2024 adalah US$22,5 juta, sebuah lonjakan signifikan sebesar 237% dibandingkan dengan US$6,7 juta pada FY2023.
Mengecualikan keuntungan atas penjualan Kapal, laba inti meningkat sebesar 126,5% YOY menjadi US$15,1 juta dibandingkan dengan US$6,6 juta pada FY2023.
EBITDA FY2024 meningkat sebesar 44,8% YOY menjadi US$31,5 juta.
Prospek Industri
Beberapa bulan terakhir ditandai dengan meningkatnya ketidakpastian global yang timbul dari perubahan kebijakan dramatis di AS, prospek perang tarif, dan gencatan senjata yang rapuh di Gaza.
Pergolakan ini tidak menggagalkan momentum mendasar dalam siklus investasi hulu, yang tampaknya masih berlangsung karena perusahaan-perusahaan minyak besar telah mulai mengurangi proyek-proyek energi terbarukan demi investasi pada minyak dan gas.
Harga minyak telah terkoreksi dari titik tertinggi sebelumnya tetapi diperkirakan akan tetap kuat dalam beberapa tahun ke depan akibat intervensi OPEC+.
Di Indonesia, pemerintah tetap berkomitmen pada berbagai proyek utama laut dalam yang telah memperoleh persetujuan investasi dalam 12 bulan terakhir.
Tarif sewa kapal di Asia Tenggara sedikit terkoreksi pada akhir tahun 2024 setelah melonjak tajam dalam 12 bulan terakhir.
Meski demikian, terdapat berapa proyek Engineering Procurement (EPCI) yang memerlukan kapal OSV untuk proyek-proyek jangka pendek, dan ini menyebabkan utilisasi armada OSV lebih fluktuatif.
Prospek Bisnis
Meskipun 4Q2024 melambat, kami tetap optimis terhadap prospek OSV di Indonesia karena ada beberapa proyek pengeboran laut dalam yang telah disetujui khususnya di selat Makassar dan laut Andaman yang kemungkinan akan dimulai 2H2025 hingga 2026.
Beberapa kontrak EPCI telah diberikan dan tender untuk sebaran laut sedang berlangsung untuk dimulai 2H2025.
“Semua ini menunjukkan kontrak jangka pendek yang berkelanjutan, berdasarkan posisi kami pada tahap awal siklus pengeboran ini, dan kami memperkirakan berlanjutnya volatilitas dalam tingkat utilisasi sementara tarif sewa akan tetap stabil,” sebut Pek Swan Layanto.
Diketahui, Wintermar telah membeli 3 unit Heavy Load Barges (HLB) baru antara Desember 2024 hingga Februari 2025.
Kapal-kapal tersebut sedang dalam proses konversi menjadi berbendera Indonesia dan akan siap beroperasi pada 2Q2025.
Selain itu, Perusahaan telah memesan Platform Supply Vessel baru untuk penerimaan pada tahun 2026, yang akan meningkatkan kemampuan DP dari armada serta mengurangi usia rata-rata armada.
Pembelian kapal-kapal ini telah didanai menggunakan arus kas internal dan akan menggunakan pembiayaan kembali setelah penerimaan.
“Pada 2H2025, PSV lain yang diaktifkan kembali diharapkan dapat beroperasi, menambah kapasitas kami untuk tahun 2025. Kontrak yang dimiliki untuk dijalankan Perusahaan hingga akhir Februari 2025 bernilai US$66 juta,” tandas Pek Swan Layanto.
加载失败()