Bursa Saham AS Kompak Melemah, Nasdaq Anjlok 2 Persen

IDXChannel - Bursa Saham AS dengan indeks S&P 500 ditutup melemah pada perdagangan Rabu (26/3/2025) waktu setempat. Hal tersebut ditekan oleh penurunan saham-saham teknologi di tengah kekhawatiran investor mengenai dampak tarif dagang.

Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average turun 90 poin atau 0,31 persen ke 42.454, sementara indeks S&P 500 merosot 1,12 persen ke 5.712, dan indeks NASDAQ Composite anjlok 2,04 persen ke 17.899.

Baca Juga:

RUPS BBTN Setujui Akuisisi dan Restrukrisasi BTN Syariah

Saham-saham teknologi raksasa membebani pasar secara keseluruhan, dengan NVIDIA Corporation (NASDAQ:NVDA) dan Tesla Inc (NASDAQ:TSLA) memimpin aksi jual di tengah ketidakpastian tarif.

Sentimen terhadap Nvidia juga terpengaruh oleh kekhawatiran permintaan dari China setelah Financial Times melaporkan bahwa peraturan efisiensi energi baru Beijing dapat menghalangi perusahaan-perusahaan China untuk membeli prosesor terlaris Nvidia.

Baca Juga:

Harga Pangan Naik Signifikan Jelang Lebaran, Pedagang Diminta Tak Ambil Untung Banyak

Adapun penurunan Tesla terjadi setelah lima hari berturut-turut. Disisi lain, Presiden Donald Trump dikabarkan memberlakukan tarif baru pada impor mobil pada Rabu, mengutip seorang pejabat Gedung Putih.

Trump menyatakan bahwa ia akan berusaha untuk membatasi pengecualian terhadap rencananya untuk memberlakukan lebih banyak tarif perdagangan. Data yang dirilis sebelumnya pada Rabu menunjukkan, pesanan baru untuk barang modal manufaktur utama AS turun pada Februari dan diprediksi lesu karena ketidakpastian ekonomi akibat tarif dagang.

Investor pun mengawasi tanda-tanda yang dapat mengindikasikan kenaikan inflasi dan potensi perlambatan ekonomi. Smenetara itu, pembacaan produk domestik bruto (ekonomi AS) kuartal keempat akan dirilis pada Kamis.

Saham Chewy (NYSE:CHWY) naik 2 persen. Sementara Saham Dollar Tree (NASDAQ:DLTR) naik lebih dari 4 persen. Di samping itu, Saham Paychex (NASDAQ:PAYX) juga naik 4 persen.

GameStop (NYSE:GME) melonjak lebih dari 15 persen setelah manajemennya menyetujui rencana untuk membeli Bitcoin dengan kelebihan kepemilikan kas.

(kunthi fahmar sandy)