IHSG Naik 7 Hari Beruntun, Analis Ungkap Katalis dan Arah Selanjutnya

avatar
· Views 45
IHSG Naik 7 Hari Beruntun, Analis Ungkap Katalis dan Arah Selanjutnya
IHSG Naik 7 Hari Beruntun, Analis Ungkap Katalis dan Arah Selanjutnya. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat reli selama tujuh hari berturut-turut, didorong oleh sejumlah katalis positif yang muncul belakangan ini.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, IHSG menguat 0,81 persen ke level 6.887,18 pada Selasa (6/5/2025), pukul 10.32 WIB. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp9,34 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 10,93 miliar saham.

Baca Juga:
IHSG Naik 7 Hari Beruntun, Analis Ungkap Katalis dan Arah Selanjutnya Bursa Asia Menguat, Investor Cermati Pergerakan Dolar Taiwan

Dengan capaian ini, IHSG tercatat selalu menguat sejak 25 April 2025 dan telah naik 2,05 persen dalam sepekan terakhir.

Dalam sebulan, indeks acuan tersebut melesat 14,89 persen, berupaya pulih dari tekanan tajam yang sempat melanda pasar global beberapa bulan sebelumnya.

Baca Juga:
IHSG Naik 7 Hari Beruntun, Analis Ungkap Katalis dan Arah Selanjutnya Saham ANTM hingga HRTA Berpesta, Tersengat Kenaikan Harga Emas

Reli IHSG dalam beberapa hari terakhir dinilai didorong oleh faktor penguatan rupiah dan perlemahan dolar AS terhadap mata uang lain.

"Penguatan rupiah serta perlemahan dolar terhadap mata uang lain menjadi katalis utama dari penguatan bursa di emerging market beberapa hari ke belakang. Terlihat tekanan penjual dari foreign [investor asing] juga mereda," kata pengamat pasar modal Michael Yeoh kepada IDXChannel.com, Selasa (6/5).

Baca Juga:
IHSG Naik 7 Hari Beruntun, Analis Ungkap Katalis dan Arah Selanjutnya Marak PHK Massal, Ketua DPR: Negara Harus Hadir Dampingi Rakyat

Namun dari sisi teknikal, Michael melihat IHSG saat ini tengah berada di zona rawan koreksi.

"Secara teknikal, IHSG saat ini berada dalam range resistance yang kuat, yaitu 6.900–7.000. Ini adalah resistance yang dibentuk dari pola head and shoulders, sehingga saya melihat ada potensi koreksi dalam beberapa waktu ke depan," ujarnya.

Jika koreksi terjadi, ia memperkirakan tekanan jual akan kembali menyasar saham-saham unggulan. "Saham-saham yang akan mengalami pelemahan akan selalu di blue chip, terutama big banks, dan ini menjadi opportunity untuk melakukan buy," demikian mengutip Michael.

Tarif dan The Fed

Perhatian investor tetap tertuju pada potensi meredanya ketegangan dagang antara AS dan China setelah Beijing pekan lalu menyatakan sedang mengevaluasi tawaran dari Washington untuk menggelar perundingan terkait tarif.

Namun, minimnya detail membuat ketidakpastian terus menyelimuti pasar, sementara pelaku pasar mencoba menafsirkan berbagai pernyataan dari Gedung Putih.

Presiden AS Donald Trump menyatakan pada Minggu, Washington sedang bernegosiasi dengan banyak negara, termasuk China, dan bahwa prioritas utamanya adalah mendapatkan kesepakatan yang adil.

Trump juga pada Senin mengenakan tarif 100 persen terhadap film produksi luar negeri, meski belum ada kejelasan bagaimana kebijakan itu akan diberlakukan.

Menurut analis Saxo Bank, Chanana, sentimen pasar saat ini lebih dipengaruhi oleh berita terkait tarif. “Artinya, secara taktis, potensi risiko-imbalan tetap cenderung positif, didukung oleh data ekonomi yang masih solid dan harapan akan tercapainya kesepakatan dagang.”

Data pada Senin menunjukkan bahwa sektor jasa AS mengalami percepatan pertumbuhan pada April. Di saat yang sama, indeks harga yang dibayarkan oleh pelaku usaha untuk barang dan jasa melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, menandakan adanya tekanan inflasi akibat tarif.

Pasar juga menanti keputusan kebijakan Federal Reserve (The Fed) pada Rabu, di mana bank sentral AS diperkirakan mempertahankan suku bunga, namun sorotan akan tertuju pada sikap para pembuat kebijakan dalam merespons tantangan tarif yang sedang berlangsung.

“Pasar menginginkan konfirmasi bahwa The Fed berniat memangkas suku bunga bila terjadi lonjakan harga akibat tarif, sebagaimana yang saat ini telah diperhitungkan,” kata analis pasar keuangan senior di Capital.com, Kyle Rodda.

Data LSEG menunjukkan bahwa pelaku pasar memperkirakan ada penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin di 2025, dengan kemungkinan langkah pertama dilakukan pada Juli. (Aldo Fernando)

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest