
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung bergerak beragam pada Kamis (8/5/2025) setelah Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) menyuarakan sikap hati-hati di tengah ketidakpastian akibat tarif dagang.
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral belum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga secara pre-emptive untuk merespons potensi dampak ekonomi dari tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

Menurut data pasar, hingga pukul 09.07 WIB, Indeks Nikkei 225 Jepang terkerek 0,46 persen, sedangkan Topix melemah 0,20 persen.
Shanghai Composite juga terapresiasi 0,23 persen, disusul Hang Seng Hong Kong yang mendaki 0,59 persen. KOSPI Korea Selatan turut naik 0,12 persen.

Berbeda, ASX 200 Australia melemah 0,03 persen dan STI Index tergerus 0,48 persen.
Selain soal The Fed, risalah rapat terbaru Bank of Japan (BOJ) mengindikasikan bahwa bank sentral tersebut terus menaikkan suku bunga jika proyeksi ekonomi dan inflasi terwujud. Namun, sebagian pengambil kebijakan mengungkapkan kekhawatiran atas risiko yang timbul dari dinamika kebijakan perdagangan AS.

Wall Street Hijau
Sementara itu, indeks utama saham AS alias Wall Street ditutup menguat pada Rabu seiring pasar mencermati pengakuan The Fed bahwa risiko inflasi dan pengangguran kini meningkat.
Dow Jones Industrial Average naik 0,7 persen ke 41.114, S&P 500 naik 0,4 persen ke 5.631,3, dan Nasdaq Composite menguat 0,3 persen ke 17.738,2. Sebagian besar sektor mencatatkan kenaikan, dipimpin oleh sektor konsumsi dan teknologi.
Melansir MT Newswires, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen untuk pertemuan ketiga berturut-turut. Sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada September, diikuti 25 basis poin pada November dan Desember.
"Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi meningkat lebih jauh," demikian pernyataan FOMC.
"Komite memperhatikan risiko di kedua sisi mandat gandanya dan menilai bahwa risiko pengangguran dan inflasi yang lebih tinggi telah meningkat."
Presiden AS Donald Trump secara berulang menyerukan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
"Kemungkinan respons yang tepat dari The Fed terhadap peningkatan risiko ini adalah bersikap reaktif, bukan pre-emptive," ujar Kepala Ekonom AS dari Oxford Economics Ryan Sweet dalam pernyataan tertulis kepada MT Newswires. "The Fed tidak mungkin memangkas suku bunga lebih awal dari proyeksi kami pada Desember, kecuali ada tanda-tanda jelas bahwa pasar tenaga kerja memburuk."
Bulan lalu, Trump mengumumkan jeda tarif selama 90 hari terhadap negara-negara yang tidak membalas kebijakan tarif AS. Washington dan China masih menemui jalan buntu dalam pembicaraan tarif, meskipun pertemuan antara pejabat kedua negara dijadwalkan berlangsung di Swiss akhir pekan ini.
Pada Kamis, Uni Eropa diperkirakan mengungkap daftar produk asal AS senilai lebih dari USD 100 miliar yang bisa dikenai tarif jika pembicaraan dagang dengan pemerintahan Trump gagal, menurut laporan The Wall Street Journal.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak bervariasi, dengan tenor 10 tahun turun tiga basis poin ke 4,28 persen, sementara tenor dua tahun stabil di 3,79 persen. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()