Pasardana.id - Angka pembiayaan kendaraan bekas alami kenaikan sebesar 13,69 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat tumbuhnya angka ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi masyarakat serta potensi pasar yang masih terbuka lebar di segmen kendaraan bekas.
Pertumbuhan tersebut menjadi salah satu indikator ketahanan industri pembiayaan, khususnya multifinance, di tengah tekanan pada sektor otomotif.
“Sementara itu, pembiayaan kendaraan bekas tumbuh 13,69 persen yoy pada Maret 2025, dan diperkirakan masih akan terus tumbuh positif di tengah dinamika ekonomi,” sebut Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman dalam keterangan resminya, Senin (19/5).
Dijelaskan Agus, sektor otomotif yang selama ini menjadi tulang punggung portofolio perusahaan pembiayaan, memang sedang mengalami penurunan penjualan. Hal ini memberikan dampak langsung terhadap kinerja industri multifinance.
Namun, OJK melihat ruang pertumbuhan tetap terbuka melalui upaya diversifikasi ke sektor-sektor lain. "Penurunan penjualan otomotif berdampak pada pembiayaan karena sektor ini masih dominan dalam portofolio multifinance. Namun, prospek industri tetap terbuka melalui diversifikasi ke sektor produktif seperti alat berat, energi terbarukan, dan kendaraan listrik," jelasnya.
Menakar dari pertimbangan tersebut, OJK sejauh ini belum melihat urgensi untuk merevisi target pertumbuhan industri pembiayaan pada tahun ini. Hanya saja, pihaknya tetap akan melakukan pemantauan berkala terhadap berbagai faktor ekonomi yang bisa mempengaruhi kinerja industri.
“Sejauh ini belum perlu dilakukan koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan industri multifinance pada 2025, namun akan dilakukan review secara berkala dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi perekonomian global dan domestik,” ungkap Agusman.
Pihaknya juga bakal mendorong pelaku usaha pembiayaan untuk memperkuat manajemen risiko dan tata kelola agar diversifikasi sektor bisa berjalan secara sehat dan berkelanjutan.
Hal ini, imbuh Agusman, sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Karena menurutnya penting agar perusahaan tidak hanya mengandalkan segmen otomotif, tetapi mampu menangkap peluang dari sektor lain yang lebih produktif.
“Industri multifinance terus didorong untuk melakukan penguatan manajemen risiko, efisiensi, dan tata kelola, agar strategi diversifikasi berjalan secara prudent dan berkelanjutan. Dengan pendekatan adaptif dan kolaboratif, industri multifinance diyakini dapat menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan yang tetap positif,” tutup Agusman.
Tải thất bại ()