
IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup melemah pada Kamis (22/5/2025), setelah laporan bahwa OPEC+ tengah mempertimbangkan kenaikan produksi pada Juli memicu kekhawatiran bahwa pasokan global bisa melampaui pertumbuhan permintaan.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun 0,6 persen ke level USD61,20 per barel, sementara Brent melemah 0,7 persen ke USD64,44 per barel.

Menurut laporan Bloomberg News, negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya—yang dikenal sebagai OPEC+—tengah membahas rencana penambahan produksi dalam pertemuan mereka pada 1 Juni mendatang.
Salah satu opsi yang tengah dibahas adalah penambahan sebesar 411.000 barel per hari untuk Juli, meski belum ada kesepakatan final.

“Spekulasi seputar keputusan OPEC+ menjadi faktor terbesar hari ini,” ujar analis di Again Capital, New York, John Kilduff.
Ia menambahkan, situasi diperburuk oleh Kazakhstan yang gagal memenuhi kuota produksinya bulan lalu.

Sumber industri mengatakan bahwa produksi minyak Kazakhstan naik 2 persen pada Mei.
Reuters sebelumnya melaporkan, OPEC+ berencana mempercepat peningkatan produksi dan dapat menambah hingga 2,2 juta barel per hari ke pasar hingga November. OPEC+ sendiri tengah secara bertahap mencabut pemangkasan produksi, dengan tambahan pasokan sudah dilakukan pada Mei dan Juni.
“Kita melihat pasar bereaksi terhadap sinyal bahwa OPEC mulai meninggalkan strategi mempertahankan harga dan beralih ke fokus pada pangsa pasar,” kata analis Onyx Capital Group, Harry Tchiliguirian.
“Seperti mencabut plester luka—lebih baik langsung dan cepat,” tuturnya.
Analis RBC Capital Helima Croft menyebut dalam catatannya pada Rabu, penambahan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juli kemungkinan besar menjadi hasil akhir dari pertemuan OPEC+, dengan kontribusi utama dari Arab Saudi.
“Pertanyaannya kini apakah pemangkasan sukarela akan ditarik sepenuhnya sebelum musim gugur, sesuai jadwal pelonggaran awal,” katanya.
Harga minyak sebelumnya juga ditekan oleh laporan Badan Informasi Energi (EIA) AS yang menunjukkan adanya peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak dan bahan bakar pada pekan yang berakhir 16 Mei.
Stok minyak mentah naik 1,3 juta barel menjadi 443,2 juta barel, berbanding terbalik dengan ekspektasi penurunan sebesar 1,3 juta barel menurut survei Reuters.
Analis LSEG Oil Research, Emril Jamil, mengatakan, lonjakan stok ini memberi tekanan tambahan pada harga, khususnya WTI, dan bisa mendorong ekspor minyak AS ke Eropa dan Asia.
Namun, pelemahan harga sedikit tertahan setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengumumkan di akun X miliknya bahwa izin operasi Chevron di Venezuela akan kedaluwarsa pada 27 Mei.
“Pernyataan Rubio bisa menjadi titik balik penting. Tapi karena tenggat ini pernah diperpanjang sebelumnya, pasar tampaknya belum sepenuhnya yakin,” ujar analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn. (Aldo Fernando)
Được in lại từ Idxchannel, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()