Pasardana.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menekankan bahwa Indonesia akan tetap punya target transisi energi, namun juga tidak langsung meninggalkan batu bara begitu saja.
Menurut dia, negara maju seperti Amerika Serikat dan Turki juga masih menggunakan batu bara.
Karena itu, dia bilang, pemerintah berencana menambah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) tahun 2025-2034.
Dimana dalam dokumen tersebut, pembangkit dari energi fosil dalam 10 tahun ke depan direncanakan sebesar 16,6 Gigawatt (GW), dengan rincian 10,3 GW berasal dari gas dan 6,3 GW dari batu bara.
"Di Eropa aja masih ada pakai batu bara kok. Di Turki masih banyak pakai batu bara. Kita aja yang terlalu kekinian," tegasnya, Senin (26/5) lalu.
Menurut dia, penggunaan batu bara tidak seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang haram.
Apalagi mengingat batu bara ini dihasilkan sendiri oleh Indonesia.
"Kalian besok pun kalau memang kita masih membutuhkan listrik dan uang kita tidak ada, batu bara itu bukan barang haram. Aku pakai lagi. Kenapa susah? Turki itu masih pakai batu bara. Jangan dipersepsikan batu bara itu haram gitu loh. Oh ini barang punya kita di republik kok," ujarnya.
Bahlil menambahkan, jika memang diperlukan porsi pembangkit batu bara ini bisa ditambah melebihi kuota yang telah ditetapkan dalam RUPTL.
"Jadi mau ditambah pun tidak apa-apa. Kalau memang itu negara butuhkan. Eropa juga sebagian masih pakai batu bara. Kenapa harus dibuat dikotomi? Enggaklah. Jadi kita akan menyesuaikan dengan kebutuhan kita itu," tegas Bahlil.
Tải thất bại ()