Pasardana.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Pasar saham AS menguat pada hari Selasa karena investor menunggu pembicaraan perdagangan lebih lanjut antara AS dan mitra dagangnya. Nasdaq memimpin kenaikan indeks dengan kenaikan 0,81% menjadi 19.398,96, S&P 500 naik 0,6% menjadi 5.970,37 (tertinggi 3 bulan), dan Dow Jones naik 0,51% menjadi 42.519,64. Lonjakan saham semikonduktor seperti Nvidia (+2,9%) dan Broadcom (+3,2%) mendorong Nasdaq, setelah Broadcom mengumumkan pengiriman chip AI terbarunya.
SENTIMEN PASAR: Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden Donald Trump kemungkinan akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping minggu ini, yang menandakan potensi kemajuan dalam sengketa perdagangan. Investor menyambut baik berita tersebut, berharap bahwa ketegangan tarif dapat segera mereda. Sejak jeda tarif diumumkan pada 12 Mei, pasar global tetap dalam kisaran yang sempit. UBS mencatat pasar berada pada titik balik, menunggu katalis yang kuat. Analis DEUTSCHE BANK meyakini dominasi ekonomi AS tengah mengalami erosi struktural, yang dapat mengurangi daya tarik Wall Street dalam jangka panjang.
Analis MACQUARIE menyatakan, bahwa kebijakan tarif AS tengah bergeser dari tarif pembalasan ke tarif khusus produk yang lebih "strategis", seperti tarif 50% untuk baja dan aluminium yang akhirnya ditandatangani Trump pada Selasa pagi. Tarif ini dipandang lebih berjangka panjang dan menggantikan pendekatan berbasis negosiasi sebelumnya. Macquarie menambahkan bahwa sentimen pasar jangka pendek tetap sangat sensitif terhadap pengumuman tarif dan perubahan regulasi, yang sering kali membuat investor bingung tentang arah kebijakan yang sebenarnya. Pemerintahan Trump terus menekan mitra dagangnya untuk mengajukan penawaran terbaik mereka sebelum Rabu. Namun, hingga Selasa, UNI EROPA belum menerima surat resmi dari AS. Dalam skala yang lebih luas, kebijakan Trump kini memprioritaskan produksi dalam negeri dengan dalih pertahanan nasional. Trump menandatangani Perintah Eksekutif untuk menggandakan tarif baja dan aluminium menjadi 50%, sementara menerapkan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk melonggarkan persyaratan hukum guna mempercepat pengembangan mineral dan persenjataan penting.
INDIKATOR EKONOMI: Data ekonomi menunjukkan lowongan kerja AS naik menjadi 7,391 juta pada bulan April (dibandingkan ekspektasi 7,110 juta), sementara pesanan pabrik turun 3,7% setelah naik 3,4% pada bulan Maret. Investor sekarang fokus pada laporan ketenagakerjaan Mei yang dirilis Jumat (NONFARM PAYROLLS), dengan proyeksi penambahan 130.000 pekerjaan dan tingkat pengangguran stabil di 4,2%. Lebih banyak data tenaga kerja sektor swasta yang ditunggu hari ini: Laporan Ketenagakerjaan ADP AS (Mei), bersama dengan Indeks Layanan ISM AS (Mei) dan rilis Beige Book Federal Reserve; dan isyarat dari keputusan suku bunga Bank Kanada.
Meskipun ada tanda-tanda perlambatan global, investor tetap optimis karena harapan kemajuan diplomatik dalam perdagangan. OECD menurunkan perkiraan pertumbuhan global 2025 dari 3,1% menjadi 2,9%, dengan alasan proteksionisme dan tarif yang mengganggu rantai pasokan. ILO juga memangkas proyeksi ketenagakerjaan global karena ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang.
PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: INDEKS DOLAR (DXY) naik 0,71% menjadi 99,28, menghapus kerugian sebelumnya. DOLAR AS menguat terhadap YEN (144,02), EURO (melemah menjadi 1,137), FRANC Swiss, dan KRONE Swedia. Pasar obligasi AS relatif tenang. Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS 10 tahun turun 1 bps menjadi 4,452%, imbal hasil 30 tahun turun 1,8 bps menjadi 4,9769%, sementara imbal hasil 2 tahun naik 0,8 bps menjadi 3,953%. Hal ini mencerminkan kehati-hatian investor menjelang rilis data ketenagakerjaan dan hasil negosiasi tarif lebih lanjut.
Data JP MORGAN menunjukkan bahwa eksposur asing terhadap aset AS tidak setinggi yang dikhawatirkan. Alokasi asing terhadap saham dan obligasi AS berkisar antara 10%–20% dari aset keuangan rumah tangga global. Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah AS turun menjadi 31% dari total USD 28,55 triliun, jauh dari hampir 60% pada tahun 2008. Untuk T-bills, porsi asing sekarang kurang dari 20%, terendah dalam catatan historis. Meskipun minat terhadap aset dolar tetap kuat, ketidakpastian kebijakan AS dipandang berpotensi mengubah arus modal. Namun, masih belum ada tanda-tanda aksi jual besar-besaran oleh investor asing. Bahkan jika itu terjadi, skalanya diyakini lebih kecil dari ekspektasi pasar.
PASAR EROPA & ASIA: Pasar EROPA berakhir sedikit lebih tinggi. Stoxx 600 naik 0,09% dan FTSEurofirst 300 naik 0,17%. Inflasi ZONA EURO turun di bawah target 2% ECB pada bulan Mei, memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga minggu ini. Di SWISS, inflasi negatif tahunan untuk pertama kalinya sejak 2020 meningkatkan kemungkinan Bank Nasional Swiss kembali ke suku bunga negatif. Pasar ASIA beragam: MSCI Asia Pasifik ex-Jepang naik 0,37% menjadi 609,73, sementara NIKKEI turun tipis 0,06% menjadi 37.446,81. Pasar negara berkembang juga menguat, dengan indeks MSCI EM naik 0,32% menjadi 1.157,44. Sentimen di Asia terangkat oleh reli Wall Street tetapi tetap dibayangi oleh data lemah dari Tiongkok dan ketegangan geopolitik. Di seluruh Asia & Eropa, berikut adalah sorotan kalender ekonomi utama hari ini: PDB Q1 Australia, Inflasi Mei Korea Selatan, Revisi PDB Q1, PMI Jasa Inggris Mei.
KOMODITAS: Harga minyak melanjutkan reli 2 hari di tengah kekhawatiran pasokan dan geopolitik. BRENT naik 1,55% menjadi USD 65,63/barel dan US WTI naik 1,42% menjadi USD 63,41. Konflik Ukraina yang memburuk dan ketegangan AS-Iran juga mendukung harga. Harga EMAS terkoreksi hampir 1% menjadi USD 3.352,87/ons, meskipun sempat menyentuh level tertinggi sejak 8 Mei di USD 3.392. Penurunan emas dipicu oleh aksi ambil untung dan kekuatan Dolar.
INDONESIA: Meskipun narasi pemulihan pemerintah sedang berlangsung, beberapa indikator menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih tertekan. PMI manufaktur Mei turun menjadi 47,4, menunjukkan kontraksi, sementara deflasi 0,37% disertai dengan inflasi inti yang rendah di 2,4% mencerminkan daya beli yang lemah. Surplus perdagangan April juga anjlok hingga hanya USD 160 juta, terendah sejak 2020. Para ekonom memandang ekonomi Indonesia rapuh, baik secara eksternal maupun domestik. Pemerintah disarankan untuk memperluas insentif, terutama untuk mendorong konsumsi kelas menengah. Di sisi lain, Goldman Sachs dalam laporan terbarunya tetap memprediksi Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada 2050, dengan nilai ekonomi USD 6,3 triliun, melampaui Brasil dan Rusia sebagai pasar berkembang terbesar. Pergeseran ini mencerminkan meningkatnya dominasi Asia dalam PDB global, di tengah kinerja BRICS yang kurang baik. Dengan populasi 277 juta, Indonesia dipandang memiliki potensi besar sebagai kekuatan ekonomi global utama.
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN terkoreksi lagi sebesar 20,25 poin / -0,29% ke level 7.044,82, sempat menguji titik Terendah di 6.994; dipicu oleh penjualan bersih asing sebesar Rp 736 miliar (pasar ALL). RUPIAH relatif stabil di kisaran 16.385/USD.
Tertahannya IHSG di atas level psikologis 7.000 mengindikasikan bahwa tren kenaikan ini belum berakhir.
Namun, riset Kiwoom Sekuritas kembali mengingatkan investor/trader untuk memantau ketat level Trailing Stop.
"Di sini Anda dapat menggunakan MA20/7.020 sebagai trigger kedua untuk mulai mengurangi posisi lagi, karena MA10 sebagai trigger pertama sudah ditembus dua hari lalu," sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Rabu (04/6).
Tải thất bại ()