- Rupiah melemah ke 16.306/USD dipengaruhi kontraksi penjualan ritel, tarif dan eskalasi konflik Timur Tengah.
- Dolar AS menguat akibat memanasnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
- Para pelaku pasar akan mencermati Indeks Sentimen Konsumen Michigan AS.
Menjelang sesi Eropa, pergerakan nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada perdagangan Jumat, hingga saat ini tercatat di level 16.313, dari posisi sebelumnya. Pelemahan Rupiah ini terjadi setelah rilis data Penjualan Ritel Indonesia yang lebih rendah dibanding periode sebelumnya, serta eskalasi ketegangan dan tarif perdagangan yang membebani sentimen pasar terhadap mata uang Garuda. Pasangan mata uang USD/IDR sempat merosot hingga ke level 16.226 pada perdagangan hari Kamis sebelum berbalik arah dan menguat sebesar 0,59% hari ini.
Di sisi lain, Dolar AS menunjukkan penguatan di sesi Asia dengan Indeks Dolar AS (DXY) naik dari terendah sesi sebelumnya 97,60 ke 98,23 menjelang pembukaan sesi Eropa. Penguatan ini terjadi setelah Dolar sebelumnya tertekan akibat data inflasi produsen AS yang mengecewakan, namun kemudian didorong oleh meningkatnya konflik di Timur Tengah.
Penjualan Eceran Indonesia Bulan April Mengalami Kontraksi
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Penjualan Eceran pada April 2025 mengalami kontraksi sebesar 5,1% dibandingkan bulan sebelumnya, yang mencatat pertumbuhan 13,6%. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan di sebagian besar kelompok barang seiring dengan normalisasi konsumsi masyarakat pasca-Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri. Secara tahunan, penjualan eceran tercatat menyusut sebesar 0,3%, turun dari angka tertinggi 5,5% yang dicapai pada bulan Maret.
Inflasi Produsen AS Melambat, klaim tunjangan pengangguran Meningkat
Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan Indeks Harga Produsen (IHP) untuk bulan Mei naik 2,6% secara tahunan, sedikit meningkat dari 2,4% di April. Jika mengesampingkan komponen pangan dan energi, inflasi inti pabrik tumbuh 3,0% YoY, di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1% dan mengalami perlambatan dari bulan sebelumnya. Secara bulanan, indeks utama maupun inti hanya naik tipis, masing-masing sebesar 0,1%.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS (Department of Labor/DOL) memperlihatkan Klaim Tunjangan Pengangguran Awal meningkat menjadi 248.000 pekan berakhir 31 Mei, melebihi prediksi. Rata-rata klaim empat minggu mencapai 240.250. klaim tunjangan pengangguran Lanjutan juga naik 54.000 menjadi 1,956 juta pada pekan yang berakhir 24 Mei, sementara tingkat pengangguran yang diasuransikan stabil di angka 1,3%.
Kombinasi data ini mengingatkan pasar bahwa meskipun tekanan inflasi di pabrik mulai melunak, ketidakpastian di pasar tenaga kerja tetap menjadi perhatian utama dan dapat memengaruhi kebijakan Federal Reserve ke depan.
Trump Perluas dan Usulkan Kenaikan Tarif Baru
Dalam kancah perdagangan global, Amerika Serikat dan Tiongkok berhasil mencapai kesepakatan kerangka kerja untuk meredakan ketegangan tarif, di mana Tiongkok menyetujui pemberian izin ekspor sejumlah unsur tanah jarang serta produk terkait. Namun, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menegaskan bahwa tarif impor dari Tiongkok tetap dipertahankan pada level 55% tanpa perubahan.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump memperluas tarif baja sebesar 50% ke berbagai peralatan rumah tangga dan mengusulkan kenaikan tarif pada sektor otomotif. Usulan kenaikan tarif otomotif ini muncul hanya sehari setelah Trump menyatakan akan memberlakukan tarif sepihak terhadap beberapa mitra dagang dalam kurun waktu dua minggu ke depan.
Konflik Timur Tengah Memanas, Tambah Tekanan Pasar
Di tengah ketidakpastian perdagangan, eskalasi konflik Timur Tengah menambah tekanan pasar. Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir dan lokasi rudal balistik Iran pada Jumat pagi, termasuk situs utama di Natanz. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan serangan tersebut menargetkan “inti program pengayaan nuklir Iran” serta para ilmuwan dan komandan militer senior. Media pemerintah Iran melaporkan kematian sejumlah pejabat militer tinggi, sementara Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan ini dan memperingatkan Iran agar tidak menyerang kepentingan AS.
Pasar Antisipasi Data Sentimen Konsumen AS
Para pelaku pasar kini menunggu rilis awal Indeks Sentimen Konsumen Michigan AS dan data ekspektasi inflasi sebagai acuan jangka pendek, namun fokus utama tetap tertuju pada kebijakan perdagangan AS dan dinamika konflik Timur Tengah yang berpotensi memicu volatilitas lebih lanjut.
Indikator Ekonomi
Indeks Sentimen Konsumen Michigan
Indeks Sentimen Konsumen Michigan, yang dirilis setiap bulan oleh University of Michigan, adalah survei yang mengukur sentimen di antara konsumen di Amerika Serikat. Pertanyaannya mencakup tiga area luas: keuangan pribadi, kondisi bisnis, dan kondisi pembelian. Data menunjukkan gambaran apakah konsumen bersedia atau tidak untuk membelanjakan uang, faktor utama karena belanja konsumen merupakan pendorong utama ekonomi AS. Survei Universitas Michigan telah terbukti menjadi indikator akurat tentang arah masa depan ekonomi AS. Survei menerbitkan pembacaan pra-bulanan, pertengahan bulan, dan cetakan akhir di akhir bulan. Secara umum, pembacaan tinggi adalah bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan rendah adalah bearish.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Jum Jun 13, 2025 14.00 (Pendahuluan)
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 53.5
Sebelumnya: 52.2
Sumber: University of Michigan
Kegembiraan konsumen dapat diterjemahkan ke dalam pengeluaran yang lebih besar dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, menyiratkan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dan potensi kenaikan inflasi, membantu mengubah The Fed menjadi hawkish. Popularitas survei ini di kalangan analis (disebutkan lebih sering daripada Keyakinan Konsumen CB) dibenarkan karena data di sini mencakup wawancara yang dilakukan hingga satu atau dua hari sebelum rilis resmi, menjadikannya ukuran tepat waktu dari sentimen konsumen, tetapi terutama karena mengukur sikap konsumen pada situasi keuangan dan pendapatan. Data aktual yang mengalahkan konsensus cenderung USD bullish.
Pertanyaan Umum Seputar SENTIMEN RISIKO
Dalam dunia jargon keuangan, dua istilah yang umum digunakan, yaitu "risk-on" dan "risk off" merujuk pada tingkat risiko yang bersedia ditanggung investor selama periode yang dirujuk. Dalam pasar "risk-on", para investor optimis terhadap masa depan dan lebih bersedia membeli aset-aset berisiko. Dalam pasar "risk-off", para investor mulai "bermain aman" karena mereka khawatir terhadap masa depan, dan karena itu membeli aset-aset yang kurang berisiko yang lebih pasti menghasilkan keuntungan, meskipun relatif kecil.
Biasanya, selama periode "risk-on", pasar saham akan naik, sebagian besar komoditas – kecuali Emas – juga akan naik nilainya, karena mereka diuntungkan oleh prospek pertumbuhan yang positif. Mata uang negara-negara yang merupakan pengekspor komoditas besar menguat karena meningkatnya permintaan, dan Mata Uang Kripto naik. Di pasar "risk-off", Obligasi naik – terutama Obligasi pemerintah utama – Emas bersinar, dan mata uang safe haven seperti Yen Jepang, Franc Swiss, dan Dolar AS semuanya diuntungkan.
Dolar Australia (AUD), Dolar Kanada (CAD), Dolar Selandia Baru (NZD) dan sejumlah mata uang asing minor seperti Rubel (RUB) dan Rand Afrika Selatan (ZAR), semuanya cenderung naik di pasar yang "berisiko". Hal ini karena ekonomi mata uang ini sangat bergantung pada ekspor komoditas untuk pertumbuhan, dan komoditas cenderung naik harganya selama periode berisiko. Hal ini karena para investor memprakirakan permintaan bahan baku yang lebih besar di masa mendatang karena meningkatnya aktivitas ekonomi.
Sejumlah mata uang utama yang cenderung naik selama periode "risk-off" adalah Dolar AS (USD), Yen Jepang (JPY) dan Franc Swiss (CHF). Dolar AS, karena merupakan mata uang cadangan dunia, dan karena pada masa krisis para investor membeli utang pemerintah AS, yang dianggap aman karena ekonomi terbesar di dunia tersebut tidak mungkin gagal bayar. Yen, karena meningkatnya permintaan obligasi pemerintah Jepang, karena sebagian besar dipegang oleh para investor domestik yang tidak mungkin menjualnya – bahkan saat dalam krisis. Franc Swiss, karena undang-undang perbankan Swiss yang ketat menawarkan perlindungan modal yang lebih baik bagi para investor.
Được in lại từ FXStreet_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()