
Ungkapan 'uang makin susah dicari tapi mudah dihabiskan' bisa jadi mencerminkan kondisi yang sering dirasakan masyarakat belakangan ini. Di saat mencari nafkah semakin kompetitif, jumlah pengeluaran malah semakin tinggi.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan sulitnya masyarakat untuk mencari uang saat ini terlihat dari indeks pertumbuhan simpanan perorangan yang terus melambat.
Sebab indeks pertumbuhan simpanan ini menunjukkan bagaimana masyarakat tidak memiliki cukup uang untuk menabung karena sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari. Kemudian jumlah pekerja yang ter-PHK juga menjadi indikator lain bagaimana kini mencari uang semakin sulit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan simpanan perorangan terus melambat ya, terus jumlah PHK tahun lalu ada 70 ribu lebih orang yang di PHK, tahun ini bisa 280 ribu orang yang di PHK," kata Bhima kepada detikcom, Rabu (18/6/2025).
Sementara untuk indikasi pengeluaran masyarakat terlihat dari angka konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di atas 50%. Menunjukkan pengeluaran masyarakat masih sangat tinggi yang kemudian membuat isi dompet jadi lebih cepat habis.
"Konsumsi rumah tangga porsinya masih 50% lebih dari total ekonomi. Jadi nggak berimbang antara susah cari kerja, pendapatan turun tapi konsumsi masih tinggi," jelasnya.
Baca juga: Utang RI Meledak 164%! Baru 5 Bulan Sudah Nambah Rp 349 T |
Belum lagi, menurut Bhima jumlah utang atau kredit masyarakat, khususnya di pinjaman online (pinjol) terus meningkat menunjukkan bagaimana uang masyarakat sangat cepat habis hingga membutuhkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Di tengah sulitnya mencari pekerjaan angka pinjol itu melonjak signifikan kan angkanya. Kan gede sekali tuh nah, itu jadi tanda-tanda tuh nggak sehat. Kredit juga bisa dihitung sebagai tanda kalau dia tuh konsumtif," terangnya.
Senada, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan fenomena masyarakat semakin sulit cari uang tapi mudah dihabiskan terlihat dari banyaknya PHK hingga pelemahan daya beli yang berimbas langsung terhadap pendapatan UMKM.
"Cari uang tuh dari dulu ya susah, sejak kapan cari uang mudah? Cuma memang di dalam hal ini banyak kondisi ekonomi yang menyebabkan banyak PHK. Kemudian karena investasi kita juga semakin sulit, nggak banyak investasi kemudian peluang kerja juga semakin terbatas. Tapi namanya cari uang tetap susah," ucapnya.
"Sekarang ini kan kondisi perekonomian sedang menurun. Jadi mencari kerja susah, kalau kita buka usaha juga mendapatkan keuntungan itu juga nggak mudah," sambung Piter.
Di sisi lain, menurutnya pengeluaran masyarakat semakin tinggi dan banyak pos pengeluaran baru yang sebelumnya tak ada. Karena hal inilah tak heran jika masyarakat merasa sulit cari uang namun mudah untuk dihabiskan, walaupun tentu menurutnya hal ini kembali lagi pada gaya hidup masing-masing individu.
"Di tengah keterbatasan kita bisa mendapatkan uang itu, biaya-biaya kan semakin tinggi. Biaya-biaya kita juga semakin kompleks. Dulu kan kita nggak perlu biaya internet sekarang kita butuh biaya internet. Jadi banyak yang memang kompleks situasinya," terangnya.
Simak juga Video: Jumlah Angka Kemiskinan RI Meledak Versi Bank Dunia
[Gambas:Video 20detik]
Được in lại từ detik_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()