Petani Singkong-Produsen Tapioka Teriak Gegara Banjir Impor

avatar
· Views 18
Petani Singkong-Produsen Tapioka Teriak Gegara Banjir Impor
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta

Petani singkong Lampung hingga produsen tepung tapioka mencurahkan keadaannya di depan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI. Saat ini kedua pihak tersebut mengalami kerugian karena tidak terserap oleh industri dalam negeri.

Penyebab utamanya, industri yang membutuhkan tapioka lebih memilih dari impor. Alhasil, pasokan singkong dan tapioka di Lampung melimpah karena tidak terserap.

Aliansi Masyarakat Peduli Petani Singkong Indonesia Maradoni menyebut, berdasarkan informasi yang didapat, impor tapioka nilainya cukup besar. Sementara singkong dalam negeri, khususnya Lampung saat ini tidak terserap oleh produsen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu ada informasi dari KPPU 2 RI Lampung impor turun 59 ribu ton, itu nilainya Rp 511 miliar, apabila 100 ribu ton Rp 1 triliun lebih, kalau 1 juta ton Rp 10 triliun, kalau 4 juta ton Rp 40 triliun. Kenyataannya itu tidak ada dinikmati Lampung," kata dia dalam rapat dengan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Rabu (25/6/2025).

Ia mengaku miris karena saat ini petani singkong seperti tidak mendapatkan kepastian pendapatan. Maradoni juga menyinggung soal regulasi yang pasti dari pemerintah untuk melindungi petani singkong.

ADVERTISEMENT
Baca juga: Terungkap Biang Kerok Harga Singkong Lokal Anjlok Parah

"Karena sampai hari ini menanam singkong seolah-olah menanam rumput, karena tidak ada payung hukum yang memayungi kami untuk memberikan perlindungan petani singkong Provinsi Lampung. Sementara 7 Kabupaten sentra singkong ini kami ketergantungan kehidupan ekonomi," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang Ketua Perhimpunan Pengusaha Tepung Tapioka Indonesia (PPTTI) Welly Sugiono juga mengatakan alasan produsen sulit menyerap singkong petani, karena saat ini serapannya dari industri juga menurun akibat tingginya impor tapioka.

Ia mengatakan dari 37 pabrik, stok tapioka telah mencapai 250 ribu ton. Jumlah ini tidak bisa dijual ke industri seperti kertas, kerupuk, pempek, hingga cireng. Jika tidak bisa menjual, maka sulit membeli singkong petani.

Welly mengatakan saat ini industri meminta harga tapioka Rp 5.200/kg. Harga itu diminta karena industri saat ini bisa mendapatkan tapioka impor dengan harga tersebut.

Padahal harga yang bisa dijual oleh pabrik Rp 6.500/kg seiring dengan ditetapkannya harga eceran tertinggi (HET) singkong Rp 1.350/kg.

"Karena yang tadinya beli harga Rp 6.500 tiba-tiba semua minta Rp 5.200 sebelum PPN. Belum lagi segmentasi pasar tapioka ini industri kertas. Saya golongkan 2, yang non PKP dan non PKP, yang non PKP ini kerupuk, pempek, cireng dan lain sebagainya," terangnya.

(acd/acd)

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest