Nilai Tukar Rupiah Stabil di Atas 16.200 saat Dolar AS Melemah, Pantau Pidato The Fed, Inflasi Indonesia

avatar
· Lượt xem 18
  • Rupiah stabil di kisaran 16.219/USD dengan penguatan 2,67% dalam tiga bulan terakhir, di tengah pelemahan indeks Dolar global.
  • IHSG naik 0,24% ke level 6.913, mengikuti tren positif bursa Asia, kecuali Hang Seng yang terkoreksi.
  • Data PCE AS Jumat lalu tidak mengejutkan, kini fokus pasar beralih ke debat RUU fiskal AS dan rilis data ekonomi Indonesia pekan ini.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar AS (USD) dibuka stabil pada awal pekan ini di level 16.215 per USD, sama dengan penutupan pekan lalu. Hingga siang hari Senin, USD/IDR bergerak dalam rentang sempit antara 16.215 hingga 16.236. Secara keseluruhan, mata uang Garuda telah terapresiasi 2,67% terhadap Dolar AS sejak April hingga Juni 2025, seiring dengan melemahnya Indeks Dolar AS secara umum.

Indeks Dolar AS (DXY) melanjutkan tren pelemahannya menuju kisaran 97,12 di awal sesi Eropa, mendekati posisi terendah sejak Februari 2022. Tekanan terhadap Dolar semakin dalam setelah rilis data Indeks Harga Belanja Pribadi yang naik tipis di tengah meningkatnya harapan pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan September.

IHSG Menguat 0,53%, Bursa Asia Kompak Menghijau Kecuali Hang Seng

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 0,53% atau 36 poin ke level 6.933. IHSG dibuka menguat di 6.936 dan bergerak fluktuatif antara 6.876 hingga 6.937 sepanjang sesi.

Sementara itu, bursa saham Asia mayoritas mencatatkan penguatan. Indeks Nikkei melonjak 362 poin atau 0,90% ke posisi 40.513, disusul ASX (+0,53%), KOSPI (+0,55%), SHC (+0,45%), dan STI (+0,06%). Hanya indeks Hang Seng yang terkoreksi, turun 0,31% ke level 24.208.

Inflasi PCE AS sesuai Ekspektasi

Dari Amerika Serikat, data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) naik 2,3% secara tahunan (YoY) pada Mei, meningkat dari 2,2% di April yang sebelumnya direvisi dari 2,1%. Kenaikan ini sejalan dengan ekspektasi pasar.

Sementara itu, Indeks PCE inti – yang tidak mencakup komponen harga makanan dan energi yang bergejolak – menguat 2,7% secara tahunan, naik dari 2,6% pada April (direvisi dari 2,5%). Secara bulanan, indeks PCE utama dan PCE inti masing-masing mencatat kenaikan sebesar 0,1% dan 0,2%.

Rilis data ini memperkuat pandangan bahwa inflasi tetap terkendali, namun belum cukup kuat untuk mengubah sikap hati-hati The Fed. Akibatnya, Dolar AS (Greenback) melanjutkan tren pelemahannya, karena meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga.

Menurut alat FedWatch dari CME Group, probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan September melonjak menjadi 92,4%, naik tajam dari 70% pada pekan sebelumnya.

RUU Pajak AS Picu Kekhawatiran Fiskal, Tunggu Pengesahan Final

Di sisi fiskal, para nvestor terus memantau proses pembahasan RUU pemotongan pajak dan belanja di Senat AS, di tengah kekhawatiran bahwa legislasi tersebut tidak akan disahkan sebelum tenggat 4 Juli yang ditetapkan Presiden AS, Donald Trump. Untuk mengulur waktu, Partai Demokrat meminta pembacaan penuh atas naskah RUU setebal 940 halaman.

Kantor Anggaran Kongres (CBO) memprakirakan RUU versi Senat akan menambah sekitar $3,2 triliun ke utang nasional dalam satu dekade, lebih besar dari estimasi $2,8 triliun pada versi DPR. Perbedaan utamanya terletak pada pemotongan pajak permanen dalam versi Senat.

Secara keseluruhan, beban fiskal tambahan menimbulkan kekhawatiran terhadap daya tarik obligasi AS dan kredibilitas fiskal negara. Setelah disetujui Senat, RUU akan kembali ke DPR untuk pengesahan akhir sebelum dapat ditandatangani Trump.

“Malam ini kita menyaksikan KEMENANGAN BESAR di Senat dengan 'RUU YANG HEBAT, BESAR, DAN INDAH',” tulis Trump melalui akun Truth Social pada hari Minggu.

Pasar Nantikan Pidato Pejabat The Fed, Fokus Domestik Tertuju pada Inflasi dan Neraca Perdagangan

Pasar juga menunggu pidato dari Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic dan Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee malam ini, untuk mengantisipasi arah kebijakan suku bunga AS ke depan.

Dari dalam negeri, fokus pelaku pasar tertuju pada rilis data ekonomi penting pekan ini, termasuk PMI Manufaktur, inflasi Juni, serta neraca perdagangan.

Nilai Tukar Rupiah Stabil di Atas 16.200 saat Dolar AS Melemah, Pantau Pidato The Fed, Inflasi Indonesia

Kalender Ekonomi Indonesia Pekan Ini

Inflasi Indonesia diprakirakan meningkat menjadi 1,83% secara tahunan (tahun-ke-tahun), dengan kenaikan bulanan (month-on-month) diproyeksikan sebesar 0,15%.

Pertanyaan Umum Seputar THE FED

Kebijakan moneter di AS dibentuk oleh Federal Reserve (The Fed). The Fed memiliki dua mandat: mencapai stabilitas harga dan mendorong lapangan kerja penuh. Alat utamanya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menyesuaikan suku bunga. Ketika harga naik terlalu cepat dan inflasi berada di atas target The Fed sebesar 2%, Bank sentral ini menaikkan suku bunga, meningkatkan biaya pinjaman di seluruh perekonomian. Hal ini menghasilkan Dolar AS (USD) yang lebih kuat karena menjadikan AS tempat yang lebih menarik bagi para investor internasional untuk menyimpan uang mereka. Ketika inflasi turun di bawah 2% atau Tingkat Pengangguran terlalu tinggi, The Fed dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman, yang membebani Greenback.

Federal Reserve (The Fed) mengadakan delapan pertemuan kebijakan setahun, di mana Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) menilai kondisi ekonomi dan membuat keputusan kebijakan moneter. FOMC dihadiri oleh dua belas pejabat The Fed – tujuh anggota Dewan Gubernur, presiden Federal Reserve Bank of New York, dan empat dari sebelas presiden Reserve Bank regional yang tersisa, yang menjabat selama satu tahun secara bergilir.

Dalam situasi ekstrem, Federal Reserve dapat menggunakan kebijakan yang disebut Pelonggaran Kuantitatif (QE). QE adalah proses yang dilakukan The Fed untuk meningkatkan aliran kredit secara substansial dalam sistem keuangan yang macet. Ini adalah langkah kebijakan non-standar yang digunakan selama krisis atau ketika inflasi sangat rendah. Ini adalah senjata pilihan The Fed selama Krisis Keuangan Besar pada tahun 2008. Hal ini melibatkan The Fed yang mencetak lebih banyak Dolar dan menggunakannya untuk membeli obligasi berperingkat tinggi dari lembaga keuangan. QE biasanya melemahkan Dolar AS.

Pengetatan kuantitatif (QT) adalah proses kebalikan dari QE, di mana Federal Reserve berhenti membeli obligasi dari lembaga keuangan dan tidak menginvestasikan kembali pokok dari obligasi yang dimilikinya yang jatuh tempo, untuk membeli obligasi baru. Hal ini biasanya berdampak positif terhadap nilai Dolar AS.

 

Bagikan: Pasokan berita

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Nội dung trên chỉ đại diện cho quan điểm của tác giả hoặc khách mời. Nó không đại diện cho quan điểm hoặc lập trường của FOLLOWME và không có nghĩa là FOLLOWME đồng ý với tuyên bố hoặc mô tả của họ, cũng không cấu thành bất kỳ lời khuyên đầu tư nào. Đối với tất cả các hành động do khách truy cập thực hiện dựa trên thông tin do cộng đồng FOLLOWME cung cấp, cộng đồng không chịu bất kỳ hình thức trách nhiệm nào trừ khi có cam kết rõ ràng bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Ủng hộ nếu bạn thích
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest