Nilai Tukar Rupiah Tertekan, Ketegangan Dagang dan Data AS Perkuat Dolar

avatar
· Views 19
  • Rupiah melemah ke Rp16.225 per USD, tertekan penguatan dolar dan risiko tarif AS.
  • Klaim Awal Tunjangan pengangguran AS turun ke 227 ribu, sinyal pasar kerja tetap kuat.
  • Tarif AS tetap di 32%, Indonesia andalkan sektor tambang perkuat posisi tawar.

Rupiah Indonesia (IDR) kembali tergelincir terhadap Dolar AS (USD), diperdagangkan di level Rp16.225 per USD pada Jumat sesi Asia, melemah 0,07% atau 10,7 poin dalam sehari. Sepanjang bulan lalu, pasangan mata uang USD/IDR tercatat turun 1,28%. Di saat yang sama, indeks Dolar AS (DXY) naik 0,20% ke 97,794, didorong oleh meredupnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, meski secara tahunan masih mencatat pelemahan 6,04%.

Kenaikan Dolar terjadi di tengah memanasnya tensi perdagangan global, terutama akibat rencana Presiden Donald Trump untuk mengenakan tambahan tarif 10% terhadap negara-negara anggota BRICS, termasuk Indonesia. Tekanan eksternal ini memperlemah posisi mata uang domestik dan menjadi ujian bagi ketahanan ekonomi nasional serta posisi tawar Indonesia di kancah perdagangan internasional.

Penurunan Klaim Awal Tunjangan Perkuat Argumen Tahan Suku Bunga The Fed

Klaim Awal Tunjangan Pengangguran di AS turun menjadi 227 ribu pada pekan yang berakhir 5 Juli, menandai level terendah dalam tujuh minggu dan berada di bawah revisi minggu sebelumnya yang mencapai 232 ribu. Rata-rata klaim empat minggu juga mengalami penurunan, berada di kisaran 235,5 ribu, sementara tingkat pengangguran yang diasuransikan tetap stabil di 1,3%.

Namun, Klaim Lanjutan naik tipis sebesar 10 ribu menjadi 1,965 juta untuk pekan yang berakhir 28 Juni. Penurunan Klaim Awal mencerminkan pasar kerja yang masih cukup kuat, meskipun tekanan perlambatan ekonomi mulai terasa. Kondisi ini memberi sinyal bahwa The Fed belum perlu terburu-buru menurunkan suku bunga, karena stabilitas ketenagakerjaan masih terjaga.

Ketegangan Dagang Memuncak, Indonesia Tahan Tekanan Lewat Sumber Daya Strategis

Ketegangan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat kembali memuncak setelah Presiden Donald Trump memperketat tarif impor. Indonesia kini dibebani tarif 32%, dan berisiko dikenai tambahan 10% karena tergabung dalam BRICS. Sementara itu, Vietnam hanya dikenai tarif 20% – buah dari strategi agresif menarik investasi manufaktur Amerika, termasuk Apple.

Namun, Indonesia tidak bisa dan tidak perlu meniru Vietnam. Alih-alih menawarkan tenaga kerja murah, Indonesia memiliki keunggulan lain: kekayaan mineral strategis. Freeport, tambang tembaga raksasa yang berbasis di Papua dan dikuasai AS sejak 1970-an, menjadi kunci daya tawar Indonesia di mata Washington.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa lonjakan tarif AS berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dan mengganggu postur APBN 2026. Aktivitas manufaktur Indonesia terus melemah selama tiga bulan terakhir, meski neraca perdagangan masih mencatat surplus USD 24,6 miliar – menunjukkan bahwa fondasi ekonomi tetap bertahan di tengah badai eksternal. Hingga tenggat 1 Agustus, pemerintah masih membuka jalur diplomasi dengan AS untuk menahan tarif tambahan.

Pertanyaan Umum Seputar Tarif

Meskipun tarif dan pajak keduanya menghasilkan pendapatan pemerintah untuk mendanai barang dan jasa publik, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Tarif dibayar di muka di pelabuhan masuk, sementara pajak dibayar pada saat pembelian. Pajak dikenakan pada wajib pajak individu dan perusahaan, sementara tarif dibayar oleh importir.

Ada dua pandangan di kalangan ekonom mengenai penggunaan tarif. Sementara beberapa berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi industri domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, yang lain melihatnya sebagai alat yang merugikan yang dapat berpotensi mendorong harga lebih tinggi dalam jangka panjang dan menyebabkan perang dagang yang merusak dengan mendorong tarif balas-membalas.

Selama menjelang pemilihan presiden pada November 2024, Donald Trump menegaskan bahwa ia berniat menggunakan tarif untuk mendukung perekonomian AS dan produsen Amerika. Pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada menyumbang 42% dari total impor AS. Dalam periode ini, Meksiko menonjol sebagai eksportir teratas dengan $466,6 miliar, menurut Biro Sensus AS. Oleh karena itu, Trump ingin fokus pada ketiga negara ini saat memberlakukan tarif. Ia juga berencana menggunakan pendapatan yang dihasilkan melalui tarif untuk menurunkan pajak penghasilan pribadi.






Bagikan: Pasokan berita

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest