Pasardana.id – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyampaikan, bahwa saat ini kementeriannya tengah menata seluruh rantai pasok pangan dari hulu ke hilir termasuk dalam penyaluran pupuk dan sarana produksi.
Dengan itu, Mentan menegaskan, jika dirinya tidak akan mentolerir segala bentuk penyimpangan yang dilakukan mafia pangan dan pelaku korupsi yang selama ini menjadi penghambat kedaulatan pangan di Indonesia.
"Kita harus kerja keras. Kami mohon dukungan semua pihak. Kami sedang membenahi Kementan, dan hasilnya sudah terlihat. Reformasi birokrasi meningkat tajam, predikat WTP kembali diraih, dan capaian indikator antikorupsi makin baik. Bahkan, kami diminta memberi testimoni oleh KPK," ujar Amran dikutip dari keterangan tertulis yang diterima, Selasa (15/7).
Terbaru, kasus besar yang ditindak adalah temuan lima jenis pupuk palsu yang beredar di Jawa Tengah, dengan potensi kerugian petani mencapai Rp3,2 triliun secara nasional.
Kasus tersebut kini telah diserahkan ke Kejaksaan dan Kepolisian.
Belum lama, untuk kasus minyak goreng, sebanyak 20 mafia juga telah diserahkan ke penegak hukum.
Dimana, investigasi gabungan mengungkap skandal pengoplosan beras oleh 212 merek.
Modus yang digunakan tidak hanya merugikan konsumen dari sisi kualitas, tetapi juga menimbulkan potensi kerugian negara hingga Rp99 triliun.
"Kalau ini terjadi selama 10 tahun, kerugiannya bisa mencapai Rp1.000 triliun. Ini harus kita selesaikan bersama," tegas Amran.
Terkait kecurangan dari praktik mafia beras, Mentan Amran mengatakan pemerintah telah bersurat resmi ke Jaksa Agung, Kapolri, dan Satgas Pangan, yang kini tengah bekerja secara intensif.
"Pengusaha besar sudah diperiksa. Ini harus ditindak tegas, tidak ada pilihan. Kalau kita mau menjadi negara superpower dan menuju Indonesia Emas, tidak boleh ada kompromi terhadap koruptor dan mafia pangan," tegasnya.
Dia juga menekankan pentingnya keberpihakan pada masyarakat kecil.
Ia menyayangkan praktik pengoplosan beras yang menyebabkan harga beras medium dijual dengan harga premium, hingga selisih dapat mencapai Rp3.000 per kilogram.
"Kalau beras naik Rp3.000 per kilo, apa tidak kasihan dengan saudara-saudara kita yang berada di garis kemiskinan? Tidak semua anak bangsa beruntung. Kalau beras dioplos lalu dijual lebih mahal, itu tidak beradab. Kita tidak bisa diam," tukasnya.
Tải thất bại ()