Pasardana.id – Tengkulak dan renternir kerap menjadi momok bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, ketergantungan masyarakat baik itu petani maupun nelayan dari jeratan tengkulak maupun rentenir ini terus terjadi dikarenakan tidak adanya lembaga yang hadir untuk melindungi mereka.
Untuk itulah, hadir sebuah koperasi yang disebut bakal menjadi ujung tombak ekonomi desa yang lebih adil dan mandiri. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengatakan koperasi tak lagi hanya sekedar wadah simpan pinjam tapi juga menjadi distribusi dan produksi masyarakat desa.
“Koperasi yang tidak hanya menjadi wadah produksi dan distribusi, tetapi juga untuk memotong rantai pasok, memberantas tengkulak dan rentenir," kata Zulkifli dalam sambutannya dipeluncuran Kelembagaan 80.000 Kopdes Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Senin (21/7).
Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan menegaskan, Koperasi Merah Putih hadir menjawab kekosongan itu, dengan pendekatan berbasis kebutuhan lokal. Koperasi akan bergerak di banyak sektor strategis, mulai dari penyediaan sembako, LPG 3 Kg, pupuk, pembayaran listrik, hingga jasa keuangan digital.
Dengan menghadirkan layanan lengkap ini, koperasi akan menjadi alternatif utama bagi masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semua transaksi yang sebelumnya bergantung pada pihak luar kini bisa dikelola sendiri oleh desa.
Dalam program Koperasi Merah Putih, Zulhas menambahkan, pemerintah ingin membuktikan bahwa koperasi masih tetap relevan asalkan didesain dengan benar. Meski dalam perjalanan sejarah Indonesia kritik terhadap koperasi kerap disebut sebagai lembaga yang gagal.
Namun, jika implementasi berhasil, koperasi akan menjadi pelindung ekonomi rakyat dan pengganti dominasi tengkulak yang selama ini merugikan petani dan nelayan.
"Kami menyadari dalam membangun kedaulatan ekonomi desa, kita tidak memilih cara yang mudah, karena berkali-kali Koperasi dianggap oleh publik tidak berhasil, tetapi kita memilih cara yang benar, cara yang benar berarti memperkuat bidang usahanya terlebih dahulu, atau bisnis model," ujarnya.
Untuk menghindari kegagalan masa lalu, pemerintah tidak hanya membentuk koperasi lalu ditinggalkan. Oleh karena itu, 1 juta pengelola telah disiapkan untuk mendampingi koperasi agar benar-benar berjalan.
Koperasi Merah Putih juga akan memanfaatkan aset-aset yang sudah ada, seperti balai desa dan sekolah tidak terpakai, agar tidak membebani anggaran baru. Dengan mengintegrasikan seluruh potensi lokal, koperasi diharapkan bisa berjalan secara organik dan berkelanjutan.
"Kami memulai dengan memanfaatkan aset yang sudah ada, seperti balai desa, gedung sekolah yang tidak terpakai setiap desa, aset pemerintah lainnya, dan semua potensi lokal yang selama ini tersebar, kita integrasikan dan kita gerakkan bersama-sama," tegas Zulkifli.
Tải thất bại ()