Rupiah Menguat Tipis, Optimisme Domestik Tersandera Ketidakpastian Global dan Isyarat Powell

avatar
· Views 18
  • USD/IDR melemah ke 16.299, turun 0,23% menjelang perdagangan sesi Eropa.
  • Pertumbuhan M2 Juni 2025 naik ke 6,5% yoy, dorong ekspektasi likuiditas domestik.
  • Pasar global cermati defisit fiskal AS dan pernyataan Powell di tengah periode blackout.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) sedikit menguat terhadap dolar AS (USD) pada Selasa menjelang sesi Eropa, dengan USD/IDR diperdagangkan di 16.299, turun 37 poin atau 0,23% dibanding penutupan sebelumnya. Pergerakan ini mengikuti jeda kenaikan dolar di pasar global, di mana Indeks Dolar AS (DXY) bertahan di sekitar 97,94 setelah sempat melemah lebih dari 0,50% pada sesi sebelumnya. Pasar terlihat menahan langkah, menunggu katalis baru dari pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell malam ini.

Likuiditas Domestik Menguat, Optimisme Masih Disertai Kehati-hatian

Dari dalam negeri, sinyal likuiditas memberikan nada positif terbatas bagi Rupiah. Bank Indonesia (BI) melaporkan M2 Juni 2025 tumbuh 6,5% yoy menjadi Rp9.597,7 triliun, naik dari 4,9% pada Mei, ditopang oleh M1 yang meningkat 8% yoy dan uang kuasi 4,7% yoy. Penyaluran kredit tetap kuat di 7,6% yoy, meski sedikit melambat, sementara aktiva luar negeri bersih stabil di 3,9%.

Di sisi lain, tagihan bersih ke Pemerintah Pusat masih terkontraksi 8,2% yoy, namun membaik signifikan dibanding kontraksi 25,7% pada Mei. Kenaikan M2 ini memperkuat ekspektasi likuiditas yang mendukung aktivitas ekonomi, tetapi pelaku pasar domestik tetap berhitung terhadap risiko inflasi dan mencermati bagaimana Bank Indonesia menyeimbangkan stimulus dengan stabilitas Rupiah.

Kesepakatan Dagang Indonesia–AS Beri Sentimen Tambahan

Di tengah kehati-hatian pasar, kabar kerja sama dagang memberikan warna tersendiri pada sentimen domestik. Danantara, dana kekayaan negara Indonesia, bersiap membangun 17 kilang modular senilai $8 miliar bersama KBR Inc sebagai bagian dari strategi memperkuat pasokan energi sekaligus menarik investasi asing. Kesepakatan ini hadir menjelang batas waktu penerapan tarif baru pada 1 Agustus yang ditegaskan Presiden AS Donald Trump, di mana tarif untuk Indonesia dipangkas menjadi 19% dari 32%, membuka ruang ekspor yang lebih kompetitif.

Tak berhenti pada proyek kilang, Kesepakatan juga mencakup proyek amonia biru $2 miliar oleh Indorama dan pembelian 50 pesawat Boeing senilai $14,4 miliar, sehingga total potensi kerja sama mencapai $34 miliar. Pemerintah optimis langkah ini akan mendorong investasi, membuka lapangan kerja, dan menambah pertumbuhan PDB 0,5 pp.

Optimisme Terbentur Bayang-Bayang Ketidakpastian Global

Namun, euforia kesepakatan ini masih berhadapan dengan ketidakpastian global. Defisit fiskal AS dan arah kebijakan The Fed tetap menjadi sorotan. Kantor Anggaran Kongres (CBO) memprakirakann Undang-undang pajak baru Trump akan menambah defisit AS sebesar $3,4 triliun dalam satu dekade, seiring penurunan pendapatan pajak hingga $4,5 triliun dan pengeluaran hanya turun $1,1 triliun hingga 2034. Proyeksi ini memicu kekhawatiran terhadap inflasi dan kenaikan biaya pinjaman, meski pemerintah AS mengandalkan penerimaan tarif impor untuk menutup celah anggaran.

Pasar Tunggu Powell, Nada Dovish Bisa Picu Volatilitas Dolar

Sementara itu, investor menanti pernyataan Powell pada 12:30 GMT (19.30 WIB) di tengah periode blackout. Ketua The Fed ini mungkin tidak akan secara eksplisit membahas suku bunga, tetapi nada bicara yang terlalu hati-hati bisa saja memicu interpretasi dovish, terutama setelah Gubernur The Fed, Christopher Waller, pekan lalu secara terbuka menyerukan pemangkasan suku bunga.

Rupiah diprakirakan bergerak stabil dengan kecenderungan defensif dalam jangka pendek. Likuiditas domestik memberi sedikit bantalan, namun reaksi pasar global terhadap pernyataan Powell dinilai akan menjadi penentu utama arah pergerakan selanjutnya.

Indikator Ekonomi

Pidato Powell, Ketua The Fed

Jerome H. Powell mulai menjabat sebagai anggota Dewan Gubernur Federal Reserve System pada tanggal 25 Mei 2012, untuk mengisi masa jabatan yang belum berakhir. Pada tanggal 2 November 2017, Presiden Donald Trump memilih Powell untuk menjabat sebagai Ketua Federal Reserve berikutnya. Powell mulai menjabat sebagai Ketua pada tanggal 5 Februari 2018.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Sel Jul 22, 2025 12.30

Frekuensi: Tidak teratur

Konsensus: -

Sebelumnya: -

Sumber: Federal Reserve

Bagikan: Pasokan berita

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest