Ternyata Orang Kaya Juga Ikut Geng Rojali di Mal!

avatar
· Views 14
Ternyata Orang Kaya Juga Ikut Geng Rojali di Mal!
Mal di Jakarta Banyak Diisi Rojali/Foto: Andhika Prasetia
Jakarta

Fenomena rojali atau rombongan jarang beli sedang merebak di masyarakat. Ternyata, rojali hadir tidak cuma dari kalangan kelas menengah ke bawah, tapi ada juga dari kalangan menengah ke atas.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonsus Widjaja, menyampaikan ada perbedaan faktor yang melatarbelakangi kelas menengah ke bawah dan ke atas ini masuk dalam segmentasi rojali. Orang kaya cenderung ngerem belanja karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sedangkan kelas menengah ke bawah karena ada penurunan daya beli.

"Kalau yang di kelas menengah atas, penyebabnya misalkan mereka lebih ke hati-hati dalam berbelanja. Apalagi kalau ada pengaruh makroekonomi, mikroekonomi dari global. Sehingga mereka (memilih) belanja atau investasi? 'Kan itu juga terjadi," ujar Alphonsus saat peresmian 100 merek UMKM di salah satu pusat perbelanjaan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian sekarang memang terjadi ini lebih karena faktor daya beli, khususnya yang di kelas menengah bawah. Daya belinya berkurang, uang yang dipegang semakin sedikit, tapi mereka tetap datang ke pusat perbelanjaan. Makanya data APPBI menyatakan bahwa jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan tetap naik, meskipun tidak signifikan," ungkapnya lanjut.

Baca juga: Mal Jadi Sarang 'Rojali', Indomaret Diserbu Juga?

Alphonsus bilang, yang berubah adalah pola belanja masyarakat yang menjadi lebih selektif, dan hanya membeli barang yang dibutuhkan. Selain itu, konsumen cenderung membeli barang produk yang harganya murah.

ADVERTISEMENT

"Mereka jadi lebih selektif berbelanja, kalau tidak perlu, tidak (belanja), ya. Kemudian kalaupun belanja, beli barang produk yang harga satuannya murah. Itu yang terjadi. Jadi, saya kira fenomena yang terjadi sekarang ini lebih karena daya beli masyarakat untuk yang kelas menengah bawah. Kalau yang menengah atas lebih kehati-hatian," tambahnya.

Alphonsus bilang, fenomena rojali sudah ada sejak momen Ramadan tahun lalu. Ditandai dengan adanya daya beli yang menurun pada Ramadan 2024, dan makin terasa saat momen Idul Fitri usai.

"Kenapa? Karena Idul Fitri itu kan puncak penjualan ritel di Indonesia, peak season-nya. Nah, peak season-nya itu kemarin tidak tercapai karena masalah daya beli dan sebagainya. Pengetatan anggaran pemerintah dan sebagainya. Kemudian, di Indonesia itu setelah Idul Fitri itu 'kan pasti masuk low season. Nah, low season-nya sekarang ini tambah panjang tahun ini karena Ramadan dan Idul Fitri-nya maju. Itulah salah satu juga faktor yang menambah intensitas ataupun jumlah daripada rojali tadi," tutupnya.

(fdl/fdl)

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest