Rupiah Melemah Tipis, Pasar Cermati Tekanan Politik AS dan Data Pesanan Barang Tahan Lama

avatar
· Views 11
  • USD/IDR ditutup di 16.324,1, melemah 0,07% setelah sempat menguat ke 16.274.
  • DXY bertahan di 97,5, pasar mencermati tekanan Trump terhadap The Fed dan prospek penurunan suku bunga.
  • Ketegangan Powell-Trump menjadi sorotan, tekanan politik dinilai dapat memengaruhi arah kebijakan The Fed.

Pada hari terakhir perdagangan pekan ini, rupiah Indonesia (IDR) sempat menguat hingga ke 16.274, namun berbalik melemah saat memasuki awal sesi Eropa dan ditutup terkoreksi tipis 0,07% terhadap dolar AS. Pasangan mata uang USD/IDR tercatat di 16.324,1, naik 12,1 poin pada hari Jumat. Sepanjang pekan ini, pergerakan rupiah relatif datar dibandingkan perdagangan pekan sebelumnya, mencerminkan pasar yang masih menahan langkah di tengah ketidakpastian arah kebijakan The Fed.

Dari bursa domestik, IHSG terkoreksi tipis 0,14% ke 7.520 pada saat berita ini ditulis, setelah sempat menyentuh level tertinggi di 7.547 dalam perdagangan harian. Pergerakan ini terjadi setelah rally kuat dalam dua hari terakhir mulai kehilangan momentum, dengan sebagian investor terlihat merealisasikan keuntungan menjelang akhir pekan.

DXY Bertahan di 97,5, Pasar Cermati Prospek Suku Bunga

Sementara itu, DXY bertahan di 97,5, naik tipis 0,03% pada hari ini, melanjutkan kenaikan sesi sebelumnya namun masih tampak mengonsolidasikan pelemahan empat hari yang dimulai Jumat lalu. Kenaikan dolar AS diprakirakan akan tetap terbatas di tengah ketidakpastian arah penurunan suku bunga The Fed. Kekhawatiran terhadap independensi bank sentral juga menjadi faktor pembatas, di tengah meningkatnya tekanan politik untuk menurunkan biaya pinjaman, yang justru dapat membuka peluang bagi rupiah untuk menguat bila volatilitas global mereda.

Data Makro AS Tunjukkan Sinyal Beragam

Dari data makro AS, Klaim Tunjangan Pengangguran awal AS turun ke 217 ribu, di bawah ekspektasi 227 ribu, sementara klaim lanjutan tercatat 1,955 juta, sedikit di atas minggu sebelumnya namun masih di bawah prakiraan. Tren ini memperkuat ekspektasi The Fed mempertahankan suku bunga tinggi, mendukung imbal hasil Treasury dan dolar AS, yang biasanya menekan mata uang berisiko seperti rupiah.

Di sisi lain, PMI Manufaktur AS kontraksi ke 49,5, sementara PMI Jasa melonjak ke 55,2, mendorong PMI Gabungan naik ke 54,6 dari 52,9, menandakan pertumbuhan kuat di sektor jasa. Pasar kini menakar prospek perdagangan global lebih stabil, dengan CME FedWatch memproyeksikan 62,1% peluang penurunan suku bunga pada September.

Namun, kekuatan sektor manufaktur dan jasa masih menopang stabilitas jangka pendek, sedangkan tekanan harga yang meningkat akibat tarif impor berpotensi mendorong inflasi pada paruh kedua tahun ini. Kondisi ini dapat membuat The Fed mempertahankan suku bunga lebih lama, meskipun Presiden Donald Trump terus mendesak penurunan biaya pinjaman.

Trump Kembali Desak Pemangkasan Suku Bunga, Ketegangan Politik Bayangi The Fed

Trump secara terbuka kembali mendesak pemangkasan suku bunga menjelang rapat FOMC pekan depan, saat ia mengunjungi kantor pusat The Fed pada Kamis dalam tur bersama Ketua The Fed Jerome Powell. Namun, Trump kemudian meredakan ketegangan dengan menyatakan tidak berniat memecat Powell dan berharap Powell akan “melakukan hal yang benar” terkait kebijakan suku bunga.

Tekanan politik terhadap The Fed diprakirakan berlanjut menyusul desakan anggota Kongres AS untuk menyelidiki biaya renovasi gedung, meski The Fed menegaskan kenaikan biaya disebabkan faktor teknis.

Desakan Trump berpotensi menekan dolar AS jika Powell dinilai merespons tekanan politik, membuka peluang penguatan tipis bagi rupiah. Namun, ketegangan politik dapat memicu volatilitas dan menahan arus modal ke emerging market. Dengan DXY di 97,5 dan kecenderungan ke 96,4-96,5, rupiah masih memiliki katalis positif jangka pendek, meski sentimen bergantung pada narasi kebijakan AS.

Pada hari ini, fokus pasar akan tertuju ke data pesanan barang tahan lama AS (Durable Goods Orders) Juni. Meskipun berdampak moderat, data ini tetap diperhatikan karena dapat memberi sinyal mengenai kekuatan sektor manufaktur dan kecenderungan belanja bisnis yang diharapkan akan memberikan arah selanjutnya pada pasangan mata uang USD/IDR.

Indikator Ekonomi

Pesanan Barang Tahan Lama

Pesanan Barang Tahan Lama yang dirilis oleh Biro Sensus AS, mengukur biaya pesanan yang diterima oleh produsen untuk barang tahan lama, yang berarti barang direncanakan akan bertahan selama tiga tahun atau lebih, seperti kendaraan bermotor dan peralatan. Sebagaimana produk-produk tahan lama sering melibatkan investasi yang besar mereka peka terhadap situasi ekonomi AS. Angka akhir menunjukkan keadaan kegiatan produksi AS. Secara umum, pembacaan tinggi bullish untuk USD.

Baca lebih lanjut

Rilis terakhir: Kam Jun 26, 2025 12.30

Frekuensi: Bulanan

Aktual: 16.4%

Konsensus: 8.5%

Sebelumnya: -6.3%

Sumber: US Census Bureau

Bagikan: Pasokan berita

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest