Data Inflasi PCE Inti AS Menguat, Pelemahan Rupiah Berlanjut

Ipotnews - Nilai tukar rupiah tetap melemah pada siang ini, setelah data inflasi PCE inti Amerika Serikat Juni 2025 lebih kuat dari perkiraan.
Mengutip data Bloomberg pada Jumat siang (1/8) pukul 11.42 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.487 per dolar AS, melemah 31 poin atau 0,19% dibandingkan Kamis sore (31/7) dilevel Rp16.456 per dolar AS.
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan bahwa data AS justru masih kelihatan solid terutama data tenaga kerja dan inflasi. "Jadi ini mendukung penguatan dolar AS, karena membuat The Fed enggan mempercepat pemangkasan suku bunga acuan," kata Ariston saat dihubungi Ipotnews hari ini.
Indikator inflasi inti yang menjadi acuan The Fed meningkat secara signifikan pada Juni, menjadi salah satu laju tercepat tahun ini, sedangkan belanja konsumen hampir tidak naik. Hal ini mencerminkan adanya pandangan yang saling bertentangan di antara para pembuat kebijakan mengenai arah suku bunga.
Menurut data Biro Analisis Ekonomi yang dirilis tadi malam, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti, yang tidak termasuk barang makanan dan energi, naik 0,3% dari Mei. Indeks ini melesat 2,8% secara tahunan, peningkatan dari Juni 2024 yang menunjukkan kemajuan terbatas dalam mengendalikan inflasi setahun terakhir.
"Ditambah penerapan kenaikan tarif ini, menambah beban negara lain tapi bagus untuk pendapatan AS," ujar Ariston.
Presiden AS Donald Trump akan memberlakukan tarif minimum global sebesar 10%, sementara impor dari negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS akan dikenakan tarif sebesar 15% atau lebih tinggi, demikian diumumkan Gedung Putih pada Kamis (31/7).
Pernyataan resmi ini dirilis hanya beberapa jam sebelum tenggat tengah malam yang ditetapkan Trump bulan lalu, setelah ia dua kali menunda penerapan tarif berbasis negara guna memberi ruang bagi negosiasi. Namun, belum jelas kapan tepatnya tarif baru ini akan mulai berlaku.
(Adhitya)

Sumber : admin