Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia berbalik arah dan diperdagangkan lebih tinggi, Jumat, didukung depresiasi ringgit dan keputusan Amerika Serikat untuk mengurangi tarif barang dari Malaysia.
Harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman Oktober di Bursa Derivatif Malaysia naik 14 ringgit, atau 0,33%, menjadi 4.244 ringgit (USD992,75) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Jumat (1/8).
Namun, kontrak tersebut menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut, merosot sekitar 1,68% sejauh pekan ini.
"Rebound minyak kedelai Amerika Selatan dan pelemahan ringgit membantu harga pulih dari penurunan awal, sementara pengurangan tarif AS untuk barang-barang Malaysia menjadi 19% dari 25%, menghilangkan sedikit sentimen negatif di pasar," kata Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group.
Sementara itu, Paramalingam Supramaniam, Direktur Pelindung Bestari, mengatakan pasar sedang menunggu data produksi dan ekspor untuk periode Juli. Setelah data ini dirilis, akan ada gambaran yang lebih jelas tentang arah pasar.
"Untuk Malaysia, kami melihat produksi yang lebih baik dari perkiraan pada Juli. Namun, ekspor masih sangat lemah, dan kami memperkirakan stok akhir akan naik di atas 2,1 juta ton untuk Juli," ujar Supramaniam.
Survei kargo memperkirakan ekspor minyak sawit melorot antara 6,7% dan 9,6% sepanjang Juli.
Dewan Minyak Sawit Malaysia akan merilis data penawaran dan permintaan Juli pada 11 Agustus.
Kontrak minyak kedelai (soyoil) yang paling aktif di bursa Dalian naik 0,24%, sementara kontrak minyak sawitnya bertambah 0,04%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade menguat 0,37%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaing, karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, melorot 0,35% terhadap dolar, membuat komoditas ini lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Harga minyak sedikit berubah setelah menyusut lebih dari 1% pada sesi sebelumnya karena trader mencerna dampak tarif AS yang lebih tinggi yang dapat menghambat aktivitas ekonomi dan menurunkan pertumbuhan permintaan bahan bakar global.
Melemahnya harga minyak mentah berjangka membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel. (ef)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()