Meningkatnya Ketegangan Geopolitik AS-Rusia Bikin Rupiah Melemah

avatar
· Views 14

Ipotnews - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada akhir pekan ini, seiring dengan menguatnya indeks dolar AS akibat meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dengan Rusia.
Mengutip data Bloomberg pada Jumat sore (1/8) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp16.513 per dolar AS, melemah 57 poin atau 0,35% dibandingkan Kamis sore (31/7) dilevel Rp16.456 per dolar AS.
Penguatan dolar AS, menurut pengamat mata uang komoditas, Ibrahim Assuaibi, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionisme dagang dari Amerika Serikat.
"Ancaman sanksi lebih ketat terhadap minyak Rusia menjadi pemicu utama. Washington bahkan mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% kepada pembeli terbesar Rusia, yaitu Tiongkok dan India. Selain itu, India juga dikenakan tarif 25% karena hubungan dagangnya dengan Moskow," kata Ibrahim dalam riset tertulisnya, sore ini.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis malam menandatangani perintah pengenaan tarif terhadap sejumlah mitra dagang utama AS, dengan kisaran tarif antara 10% hingga 50%. Meski tercapai kesepakatan dengan negara seperti Inggris, Jepang, dan Korea Selatan, Washington tetap memberlakukan tarif tinggi terhadap negara lain.
"Kanada dikenakan tarif sebesar 35% mulai 1 Agustus 2025, sementara Meksiko mendapat perpanjangan masa tenggang selama 90 hari untuk negosiasi lanjutan," lanjut Ibrahim.
Di sisi lain, pasar tengah menanti rilis data ketenagakerjaan utama AS untuk Juli yang dijadwalkan malam ini pukul 19.30 WIB. Ekonomi AS diproyeksikan menambah 110 ribu lapangan kerja, dengan tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,2% dari 4,1%.
Pasar juga mencermati rilis PMI Manufaktur ISM serta Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) final sebagai petunjuk arah ekonomi AS ke depan.
Sementara dari dalam negeri, tekanan terhadap rupiah diperburuk oleh data manufaktur yang masih menunjukkan kontraksi. Berdasarkan data S&P Global, PMI manufaktur Indonesia tercatat di level 49,2 pada Juli 2025, masih di bawah ambang batas ekspansi sebesar 50.
Meski membaik dari bulan sebelumnya yang berada di level 46,9, tren kontraksi terus berlanjut sejak April 2025.
"Selama empat bulan terakhir, kita melihat penurunan output produksi dan permintaan baru. Permintaan ekspor pun masih melemah, dan banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja serta pembelian input," jelas Ibrahim.
Inflasi biaya juga meningkat signifikan di tengah naiknya harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar. Produsen sebagian membebankan kenaikan biaya kepada pelanggan, meskipun laju inflasi masih moderat.
"Yang mengkhawatirkan adalah kepercayaan bisnis yang turun drastis. Optimisme pengusaha terhadap prospek tahun depan jatuh ke titik terendah dalam sejarah survei S&P," pungkas Ibrahim. (Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest