- USD/IDR naik tipis ke Rp16.389 meski DXY terkoreksi dari level 100.
- Data tenaga kerja AS yang lemah picu ekspektasi kuat pemangkasan suku bunga.
- Ketidakpastian meningkat akibat tekanan inflasi dan tarif baru dari Trump.
Arah pasar kali ini lebih banyak digerakkan oleh tekanan eksternal, dengan dolar AS (USD) kembali menguat tipis terhadap rupiah Indonesia (IDR). Pada perdagangan Senin, USD/IDR naik 20,4 poin atau 0,12% ke level Rp16.389. Meskipun Indeks Dolar AS (DXY) terkoreksi dari level psikologis 100, mata uang Garuda belum menunjukkan pemulihan berarti. Kondisi ini menyiratkan sentimen global masih lebih dominan dibanding katalis domestik.
Dari sisi fundamental AS, laporan ketenagakerjaan terbaru memperlihatkan tanda-tanda perlambatan yang semakin nyata. Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Juli hanya mencatat penambahan 73.000 pekerjaan, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 110.000. Lebih jauh, angka bulan Juni direvisi tajam dari 147.000 menjadi hanya 14.000, mengindikasikan tekanan struktural yang lebih dalam di pasar kerja. Tingkat pengangguran pun naik menjadi 4,2%, sejalan dengan proyeksi namun tetap mencerminkan pelonggaran tenaga kerja.
Meski begitu, pertumbuhan upah tetap terjaga. Pendapatan rata-rata per jam naik 0,3% MoM dan 3,9% YoY, memberi sinyal bahwa tekanan inflasi belum sepenuhnya hilang. Kombinasi data ini membentuk narasi yang campuran — pasar tenaga kerja melemah, namun bukan tanpa bayang-bayang inflasi upah.
Menanggapi data tersebut, pasar kini semakin yakin bahwa pemangkasan suku bunga The Fed akan terjadi pada pertemuan September. Probabilitas penurunan sebesar 25 bp melonjak dari sekitar 30% menjadi lebih dari 70% dalam waktu singkat, menurut alat FedWatch dari CME. Ekspektasi pelonggaran moneter ini menekan indeks dolar, dan berpotensi memberi ruang bagi rupiah untuk bernapas — meski tekanan saat ini masih terasa.
Namun ketidakpastian belum mereda. Penerapan tarif baru oleh Presiden Trump, yang berkisar antara 10% hingga 41% terhadap berbagai negara mitra dagang, menambah beban psikologis pasar. Langkah ini diperkirakan akan menaikkan biaya impor secara tajam dan berisiko memperburuk tekanan inflasi domestik di AS, yang pada akhirnya dapat mempersulit arah kebijakan moneter ke depan.
Pasar saat ini dihadapkan pada peta sinyal yang kompleks: pelonggaran tenaga kerja membuka peluang pelonggaran suku bunga, namun dikunci oleh inflasi dan sikap The Fed yang tetap berhati-hati. Dalam kondisi ini, rupiah kemungkinan akan bergerak dalam koridor sempit sambil menanti arah global yang lebih jelas.
Pertanyaan Umum Seputar The Fed
Kebijakan moneter di AS dibentuk oleh Federal Reserve (The Fed). The Fed memiliki dua mandat: mencapai stabilitas harga dan mendorong lapangan kerja penuh. Alat utamanya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menyesuaikan suku bunga. Ketika harga naik terlalu cepat dan inflasi berada di atas target The Fed sebesar 2%, Bank sentral ini menaikkan suku bunga, meningkatkan biaya pinjaman di seluruh perekonomian. Hal ini menghasilkan Dolar AS (USD) yang lebih kuat karena menjadikan AS tempat yang lebih menarik bagi para investor internasional untuk menyimpan uang mereka. Ketika inflasi turun di bawah 2% atau Tingkat Pengangguran terlalu tinggi, The Fed dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman, yang membebani Greenback.
Federal Reserve (The Fed) mengadakan delapan pertemuan kebijakan setahun, di mana Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) menilai kondisi ekonomi dan membuat keputusan kebijakan moneter. FOMC dihadiri oleh dua belas pejabat The Fed – tujuh anggota Dewan Gubernur, presiden Federal Reserve Bank of New York, dan empat dari sebelas presiden Reserve Bank regional yang tersisa, yang menjabat selama satu tahun secara bergilir.
Dalam situasi ekstrem, Federal Reserve dapat menggunakan kebijakan yang disebut Pelonggaran Kuantitatif (QE). QE adalah proses yang dilakukan The Fed untuk meningkatkan aliran kredit secara substansial dalam sistem keuangan yang macet. Ini adalah langkah kebijakan non-standar yang digunakan selama krisis atau ketika inflasi sangat rendah. Ini adalah senjata pilihan The Fed selama Krisis Keuangan Besar pada tahun 2008. Hal ini melibatkan The Fed yang mencetak lebih banyak Dolar dan menggunakannya untuk membeli obligasi berperingkat tinggi dari lembaga keuangan. QE biasanya melemahkan Dolar AS.
Pengetatan kuantitatif (QT) adalah proses kebalikan dari QE, di mana Federal Reserve berhenti membeli obligasi dari lembaga keuangan dan tidak menginvestasikan kembali pokok dari obligasi yang dimilikinya yang jatuh tempo, untuk membeli obligasi baru. Hal ini biasanya berdampak positif terhadap nilai Dolar AS.
Được in lại từ FXStreet_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Website Cộng đồng Giao Dịch FOLLOWME: www.followme.asia
Tải thất bại ()