Ipotnews - Harga minyak melorot, Senin, melanjutkan penurunan lebih dari 4% pekan lalu karena investor menunggu hasil perundingan antara Amerika-Rusia pekan ini mengenai perang di Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melemah 46 sen, atau 0,69%, menjadi USD66,13 per barel pada pukul 13.48 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di New Delhi, Senin (11/8).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menyusut 52 sen, atau 0,81%, menjadi USD63,36 per barel.
Ekspektasi terhadap kemungkinan berakhirnya sanksi yang membatasi pasokan minyak Rusia ke pasar internasional meningkat, setelah Presiden AS Donald Trump, Jumat, mengatakan dia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus di Alaska untuk merundingkan akhir perang di Ukraina.
Perundingan ini menyusul meningkatnya tekanan AS terhadap Rusia, yang mendorong kemungkinan sanksi terhadap Moskow juga dapat diperketat jika kesepakatan damai tidak tercapai.
"Jika perundingan damai gagal dan konflik berlarut-larut, pasar dapat dengan cepat beralih ke posisi bullish, yang berpotensi memicu reli tajam harga minyak," kata Sugandha Sachdeva, pendiri SS WealthStreet, sebuah firma riset yang berbasis di New Delhi.
Trump menetapkan batas waktu Jumat lalu bagi Rusia, yang menginvasi Ukraina pada Februari 2022, untuk menyetujui perdamaian atau pembeli minyaknya akan menghadapi sanksi sekunder. Di saat bersamaan, Washington mendesak India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.
Konsultan Energy Aspects memperkirakan pengilangan India membeli WTI sebanyak 5 juta barel untuk pengisian Agustus, dengan tambahan 5 juta barel yang dimungkinkan tergantung pada hasil tender, dan 5 juta barel bagi pengisian September.
Arbitrase WTI ke Asia masih terbuka, dan India tampaknya akan terus menyerap minyak mentah AS untuk saat ini, ungkap Energy Aspects.
Tarif impor yang lebih tinggi yang diberlakukan Trump terhadap puluhan negara--mulai berlaku Kamis--diperkirakan membebani aktivitas ekonomi karena memaksa perubahan pada rantai pasokan dan memicu lonjakan inflasi.
Tertekan oleh prospek ekonomi yang suram, Brent anjlok 4,4% selama pekan yang berakhir Jumat, sementara WTI ambles 5,1%.
"Arah jangka pendek akan bergantung pada beberapa peristiwa penting, termasuk pertemuan 15 Agustus antara Presiden AS dan Rusia, pidato dari pejabat Federal Reserve, dan rilis data IHK Amerika," ujar Sachdeva.
Terpisah, data dari Biro Statistik Nasional, Sabtu, menunjukkan harga produsen China turun lebih besar dari ekspektasi pada Juli, sementara harga konsumen tetap mendatar, menyoroti sejauh mana permintaan domestik yang lemah dan ketidakpastian perdagangan yang berkelanjutan membebani sentimen konsumen dan bisnis. (ef)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()