Ipotnews - Pasar minyak global berada di jalur menuju rekor surplus pada tahun depan seiring melambatnya pertumbuhan permintaan dan melonjaknya pasokan.
Laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan, persediaan minyak akan bertambah dengan laju 2,96 juta barel per hari pada 2025, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,1 juta barel per hari. Bahkan melampaui rata-rata penumpukan selama tahun pandemi 2020.
Sementara itu, permintaan minyak dunia tahun ini dan tahun depan tumbuh kurang dari setengah laju yang terlihat pada 2023, sebesar 680.000 barel per hari pada tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 700.000 barel per hari.
Pada saat yang sama, pasokan melonjak. Koalisi OPEC +, yang dipimpin oleh Arab Saudi, mempercepat dimulainya kembali produksi yang sebelumnya dihentikan. IEA juga sedikit meningkatkan perkiraan produksi di luar kelompok tersebut pada 2026, yang dipimpin oleh kawasan Amerika.
" Keseimbangan pasar minyak terlihat semakin berlebih karena pasokan yang diperkirakan jauh melampaui permintaan menjelang akhir tahun dan pada 2026," kata badan yang berbasis di Paris tersebut. "Jelas bahwa akan ada sesuatu yang harus dikorbankan agar pasar kembali seimbang," imbuh IEA seperti dikutip Bloomberg, Rabu (13/8).
Harga minyak mentah telah turun sekitar 12% tahun ini, diperdagangkan mendekati USD66 per barel di London. Meningkatnya pasokan dari OPEC + maupun para pesaingnya bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa perang dagang Presiden AS Donald Trump akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, penurunan harga ini memberi sedikit kelegaan bagi konsumen setelah bertahun-tahun mengalami inflasi. Tren penurunan harga juga menjadi salah satu simbol kemenangan Trump yang mendorong penurunan biaya bahan bakar, namun menimbulkan ancaman finansial bagi perusahaan dan negara penghasil minyak.
Data IEA menunjukkan, untuk saat ini, pasar minyak mendapatkan sedikit dukungan dari permintaan musim panas yang kuat terhadap bahan bakar transportasi. Namun di pihak lain, pasar terindikasi sudah mulai memasuki kondisi kelebihan pasokan.
Persediaan minyak dunia mencapai titik tertinggi dalam 46 bulan pada Juni lalu. IEA menilai sanksi baru terhadap Rusia atau Iran masih dapat mengubah situasi.
Secara kuartalan, surplus yang terjadi pada 2020 tetap menjadi yang terbesar sepanjang sejarah. Saat itu, surplus mencapai puncaknya lebih dari 7 juta barel per hari pada kuartal kedua tahun tersebut ketika langkah lockdown membatasi transportasi dan aktivitas ekonomi. Kelebihan pasokan itu kemudian dipangkas oleh pengurangan besar-besaran OPEC +.
Menurut laporan IEA, konsumsi minyak global diperkirakan akan tumbuh hanya 680.000 barel per hari pada tahun ini - terlemah sejak 2019 - di tengah lemahnya permintaan di China, India, dan Brasil. Konsumsi akan meningkat sebesar 700.000 barel per hari pada 2026, menurut laporan tersebut.
IEA memperkirakan, permintaan minyak dunia akan berhenti tumbuh pada akhir dekade ini seiring dengan peralihan negara-negara dari bahan bakar fosil menuju kendaraan listrik.
Sementara itu, IEA meningkatkan proyeksi pertumbuhan pasokan non- OPEC + pada 2026 sebesar 100.000 barel per hari menjadi 1 juta barel per hari, dipimpin AS, Guyana, Kanada, dan Brasil.
Ketika OPEC melihat para pesaingnya berkembang, bersama sekutunyanegara-negara pengekspor minyak itu ( OPEC +) akan berupaya merebut kembali pangsa pasar minyak global.
Arab Saudi telah mengarahkan kelompok tersebut untuk mempercepat pemulihan produksi yang dihentikan dalam beberapa bulan terakhir. Pada awal Agustus, OPEC menyetujui kenaikan lain pada September nanti yang akan menyelesaikan pemulihan tranche sebesar 2,2 juta barel.
Masih belum jelas apakah aliansi ini akan terus mengejar penguasaan pangsa pasar. OPEC + telah memberi sinyal bahwa langkah selanjutnya sepenuhnya belum diputuskan dan bisa berupa kenaikan lebih lanjut, jeda, atau bahkan pembalikan dari penambahan produksi baru-baru ini.
Laporan IEA mengungkapkan, produksi OPEC + yang beranggotakan 22 negara tersebut menurun pada bulan lalu, ketika Arab Saudi memangkas lonjakan produksi pada Juni selama konflik Israel-Iran.
Di tengah penurunan secara keseluruhan, masih terdapat beberapa peningkatan, dimana Uni Emirat Arab menaikkan produksi menjadi 3,5 juta barel per hari - level tertinggi baru yang secara signifikan berada di atas kuota OPEC +. (Bloomberg)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()