Ipotnews - Harga minyak merosot, Rabu, setelah pasokan minyak mentah Amerika di luar dugaan meningkat, tetapi penurunan tersebut terbatas setelah Menteri Keuangan AS mengatakan Presiden Donald Trump dapat memanfaatkan sanksi dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 49 sen, atau 0,74%, menjadi USD65,63 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Rabu (13/8) atau Kamis (14/8) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melorot 52 sen, atau 0,82%, menjadi USD62,65 per barel.
Stok minyak mentah AS melonjak 3 juta barel menjadi 426,7 juta barel, menurut Badan Informasi Energi (EIA), Rabu. Analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penurunan sebesar 275.000 barel.
Menurut EIA, net impor minyak mentah AS naik pekan lalu sebesar 699.000 barel per hari.
"Ekspor minyak mentah ini masih di bawah standar yang biasa kita capai, turun akibat 0penolakan tarif," kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York, menambahkan bahwa penurunan ekspor yang berkelanjutan dapat membebani harga.
Badan Energi Internasional (IEA), Rabu, menaikkan proyeksi pertumbuhan pasokan minyak tahun ini, tetapi menurunkan prospek permintaannya.
Trump diperkirakan bertemu dengan Putin di Alaska, Jumat, untuk membahas upaya mengakhiri perang Rusia di Ukraina, yang mengguncang pasar minyak sejak Februari 2022.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Rabu, mengatakan sanksi atau tarif sekunder dapat dinaikkan jika pertemuan tersebut tidak berjalan dengan baik, dan mendesak para pemimpin Eropa untuk juga memanfaatkan sanksi.
"Dia akan menjelaskan kepada Presiden Putin bahwa semua opsi tersedia," kata Bessent kepada Bloomberg Television dalam sebuah wawancara.
Sementara itu, dalam laporan bulanannya, Selasa, OPEC + menaikkan proyeksi permintaan minyak global untuk tahun depan dan memangkas estimasi pertumbuhan pasokan dari Amerika Serikat serta produsen lain di luar kelompok yang lebih luas itu, menunjukkan pasar yang lebih ketat.
"Jika kita mengambil agregat proyeksi pertumbuhan permintaan minyak IEA dan OPEC untuk 2025 pada masing-masing sisi bearish dan bullish, bahkan angka tengah yang moderat, katakanlah sedikit di atas 1 juta barel per hari, dapat dengan mudah dipenuhi hanya dengan pertumbuhan pasokan non- OPEC saat ini," kata analis energi independen Gaurav Sharma.
"Jadi, saya tidak melihat adanya indikasi bullish untuk minyak dalam jangka pendek." (ef)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()